Yogyakarta (ANTARA News) - Perempuan identik dengan tangisan, bahkan kenyataan itu pun ditangkap menjadi judul lagu abadi, "No Woman No Cry" dari musisi dunia Bob Marley.

Dari buku "Why Men Lie and Women Cry" karya pasangan Allan Pease dan Barbara Pease (2002) juga menyebutkan secara ilmiah bahwa perempuan lebih mudah menangis lantaran kelenjar air matanya lebih aktif dibanding laki-laki.

Selain itu perempuan lebih menonjol sisi emosional atau perasaannya sehingga sensitif, lebih mudah menangis saat menghadapi kondisi-kondisi yang membuatnya tertekan.

Haruskah perempuan terus menangis dan meratapi nasibnya ?. Jawabannya pasti tidak.

Banyak perempuan tangguh dalam konteks masa lalu semasa perjuangan hingga kekinian.

Teramat banyak menyebutkan jasa dari perjuangan Laksamana Malahayati saat memimpin pasukan inong bale (janda-janda pejuang yang mati syahid) dari Kesultanan Aceh yang berhasil membunuh pemimpin penjajah Belanda Cornelis de Houtman dalam pertempuran di abad ke-16.

Begitu pula Cut Nyak Dhien, Cut Meutia, RA Kartini, Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu, Maria Walanda Maramis, Siti Walidah Ahmad Dahlan, Nyi Ageng Serang (Raden Ageng Kustiah Retno Edi), Opu Daeng Risaju, HR Rasuna Said, dan Fatmawati, misalnya.

Hingga konteks kekinian, banyak pula "wonder woman". Selain pernah menjabat Presiden ke-5 RI, anak Presiden I Soekarno, Megawati Soekarnoputri menjadi tokoh perempuan satu-satunya di Indonesia, bahkan di dunia yang terlama dalam menjabat ketua umum partai sejak 1993 hingga kini.

Sebagai Ibu Bangsa, Megawati masih menjadi figur sentral dalam pentas nasional.

Menteri Keuangan Sri Mulyani dinobatkan sebagai menteri terbaik di dunia dalam acara World Goverment Summit di Dubai, UEA, selain dinobatkan pula sebagai Menkeu Terbaik di Asia Pasifik Tahun 2018 versi majalah keuangan, FinanceAsia, untuk yang kedua kali sejak 2017.

Menteri BUMN Rini Soemarno berhasil menata kembali keberadaan BUMN dan menyinergikan antar-BUMN, sehingga keberadaannya lebih terasa menghadirkan manfaat bagi masyarakat, melalui Program Direksi BUMN Mengajar, BUMN Hadir Untuk Negeri, tak sekadar mencari keuntungan perusahaan.

Menteri BUMN Rini Soemarno juga telah menginspirasi berbagai perempuan Indonesia untuk duduk dalam jajaran strategis di berbagai perusahaan BUMN, seperti Dirut PT Pertamina Nicke Widyawati, Dirut PT Jasa Marga Dessi Aryani, Dirut PT ASDP Indonesia Ira Puspadewi, Presdir PT Sarana Multi-Infrastruktur Emma Sri Martini, Direktur Consumer Service PT Telkom Siti Choiriana, Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Mandiri Alexandra Iskandar, Direktur Bisnis Ritel PT BNI 46 Tambok PS Simanjuntak, Direktur Hubungan Kelembagaan PT BNI 46 Adi Sulistyowati, Direktur Konsumer PT BRI Handayani, Direktur Human Capital PT BRI R Sophia Alizsa, Direktur Perencanaan Korporat PT PLN Syofvi Felienty Roekman,
Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis PT Surveyor Indonesia Rosmanidar Zulkifli, Direktur Keuangan, MSDM, dan Umum Perum LKBN Antara Nina Kurnia Dewi.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada 2014 juga meraih penghargaan sebagai wali kota terbaik ketiga di dunia.

Begitu pula dalam dunia olah raga, sejumlah srikandi Indonesia yang menjadi pemuncak di tingkat dunia antara lain Susi Susanti yang meraih medali emas di Olimpiade Barcelona tahun 1992, empat kali juara All England pada 1990 dan 1991 serta 1993 dan 1994.

Lilyana Natsir (Butet) yang bersama Ahmad Thontowi meraih emas untuk ganda campuran dalam Olimpiade Rio tahun 2016; Lis Andriana yang merebut gelar juara dunia ketepatan mendarat di ajang Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) 2013 yang berlangsung di Indonesia, Thailand, Portugal, Serbia, Romania, dan Malaysia, dan juara dunia kedua setelah tahun 2012; Yayuk Basuki yang masih menjadi satu-satunya petenis perempuan Indonesia yang pernah meraih peringkat tertinggi di urutan ke-19 dunia.

B Lisa Rumbewas, atlet angkat besi putri terbaik dengan meraih empat perak yang dia peroleh dari ajang Asian Games 2006, Kejuaraan Dunia 2006, dan Olimpiade tahun 2000 dan 2004.

Lindswell Kwok juara dunia wushu tahun 2009, 2013, 2015, dan 2017; Maria Natalia Londa yang meraih medali emas Asian Games Incheon tahun 2014; dan Aries Susanti Rahayu yang meraih gelar juara duni panjat tebing pada Kejuaraan Dunia Panjat Tebing - IFSC World Cup 2018 di China.

Sebanyak 12 dari 31 medali emas Asian Games 2018 juga diraih oleh atlet perempuan, seperti peraih medali emas pertama Defia Rosmaniar (taekwondo),
Lindswell Kwok (wushu), Tiara A Prastika (balap sepeda gunung), Aries Susanti Rahayu (panjat tebing), Aldila Sutjiadi dan Christopher Rungkat (ganda campuran tennis), Puspa Arumsari (silat), Sarah Tria Monita (silat), Tim Putri Panjat Tebing (Aries Susanti, Puji Lestari, Rajiah Sallsabillah, dan Fitriyani), Ayu S Wilantari/Ni Made Dwiyanti (silat ganda putri), Tim Putri Silat (Pramudita, Lutfi, dan Gina), Pipit Kamelia (silat), dan Wewey Wita (silat).

Pemberdayaan perempuan

Sidang Umum ke-35 International Council of Women (ICW 2018), organisasi perempuan dunia di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengusung tema Mentransformasi Masyarakat Melalui Pemberdayaan Perempuan, dibarengi dengan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia, di Yogyakarta 11-20 September 2018 menjadi amat relevan dalam menyusun langkah baru perempuan.

Pemberdayaan perempuan dalam kegiatan ekonomi, misalnya, menunjukkan peningkatan. Data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2015, terdapat 13.645 koperasi wanita di Indonesia, sekitar 60 persen dari 52 juta pelaku UMKM dijalankan oleh perempuan.

Sementara data Asia Foundation menunjukkan ekitar 23 persen pengusaha di Asia dari kalangan perempuan dan tumbuh delapan persen tiap tahun.

Kongres Wanita Indonesia (Kowani) berharap Sidang Umum ke-35 ICW dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia menghasilkan keputusan kongkret untuk memberdayakan perempuan.

"Terutama dalam meningkatkan harkat dan martabat wanita," kata Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo.

Pemberdayaan perempuan perlu ditingkatkan di berbagai bidang, apalagi pada era milenium dengan berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dan menjadi tantangan yang kian berat, terutama dalam pergeseran dan perubahan nilai.

Masih banyak pekerjaan rumah dari berbagai persoalan perempuan yang mendesak untuk diatasi, seperti soal pelecehan seksual, kekerasan, pelanggaran hak atas perempuan dan anak, masalah kesehatan, dan akses dalam pendidikan.

Giwo mencontohkan dalam masalah kesehatan perempuan di Jawa saja masih banyak kematian perempuan saat ibu melahirkan.

"Rata-rata dalam satu jam, dua perempuan meninggal dunia saat melahirkan. Seharusnya ini tak perlu terjadi," katanya.

Untuk itulah, perempuan Indonesia perlu bersinergi, bekerja sama, dan membuat program bersama dengan perempuan internasional yang ada di ICW untuk mengatasi permasalahan perempuan.

Kowani telah menjadi anggota ICW dan berafiliasi dalam naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sehingga dapat berperan ke kancah internasional.

Ia menyebutkan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Sidang Umum ke-35 ICW merupakan kepercayaan internasional.

Sidang Umum ICW 2018 ini juga memperingati 130 tahun pergerakan ICW sedangkan Temu Nasional Seribu Perempuan Indonesia menjadi momentum memperingati 90 tahun perjuangan perempuan Indonesia sebagai Ibu Bangsa dalam rangka mewujudkan Indonesia Jaya.

Untuk mengerti dan memahami perjuangan perempuan memang menjadi sebuah keniscayaan.

Seperti sebuah judul lagu lain soal perempuan, "Karena Wanita Ingin Dimengerti" yang dipopulerkan Ada Band, perempuan merupakan bintang terang yang jangan pernah redup dan mati.

Tanpa perempuan, memang tak ada keberlangsungan kehidupan.***4***

Pewarta: Budi Setiawanto
Editor: Jaka Sugiyanta
Copyright © ANTARA 2018