Dalam tiga tahun belakangan ini tren perdagangan kita cukup baik dan mencapai nilai 6,8 miliar dolar AS, kita ingin nantinya pada tahun 2020 perdagangan kita bisa mencapai 10 miliar dolar AS."
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Vietnam menyepakati peningkatan kerja sama dalam berbagai bidang termasuk perdagangan, investasi, pemberantasan pencurian ikan, penyelesaian pembahasan Zone Ekonomi Eksklusif dan perdamaian kawasan.
Presiden Joko Widodo menyebutkan tren perdagangan kedua negara yang terus meningkat beberapa waktu belakangan dan akan terus digali potensinya serta dikembangkan untuk kemajuan kedua negara.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, menyebutkan Presiden Joko Widodo dan Presiden Vietnam Tran Dai Quang menyampaikan pernyataan pers pertemuan di Istana Kepresidenan Vietnam, Hanoi pada Selasa.
"Dalam tiga tahun belakangan ini tren perdagangan kita cukup baik dan mencapai nilai 6,8 miliar dolar AS, kita ingin nantinya pada tahun 2020 perdagangan kita bisa mencapai 10 miliar dolar AS," kata Presiden Jokowi seperti disampaikan Bey Machmuddin.
Salah satu upaya yang hendak dilakukan kedua negara ialah menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang saat ini masih terjadi. Termasuk ekspor produk otomotif Indonesia.
"Saya tadi telah meminta perhatian Presiden Tran Dai Quang agar hambatan-hambatan perdagangan dapat dihilangkan, termasuk produk-produk otomotif Indonesia," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Negara juga menyampaikan keinginan para investor Indonesia untuk mengembangkan investasinya di Vietnam. Investor Indonesia merupakan salah satu investor tertua dan pertama yang ada di Vietnam.
"Oleh sebab itu, tadi saya menitipkan kepada Presiden Tran Di Quang untuk dapat melindungi investor Indonesia dan memberikan perlakuan yang adil dan baik," katanya.
Lebih jauh, Indonesia dan Vietnam juga akan meningkatkan kerja sama di sejumlah bidang lainnya. Keduanya sepakat untuk bekerja sama dalam hal pemberantasan pencurian ikan ilegal di perairan masing-masing.
"Oleh karena itu, pemerintah menandatangani 'joint communique' IUU (illegal, unreported and unregulated) Fishing pada kunjungan ini. Ini sangat penting artinya," kata Presiden.
Kemudian, baik Presiden Joko Widodo dan Presiden Tran Dai Quang juga sepakat untuk mengintensifkan penyelesaian pembahasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) kedua negara.
Selain itu, di bidang perdamaian, Presiden Joko Widodo juga menyinggung masalah Laut Tiongkok Selatan (LTS). Berkaitan dengan itu, Indonesia menyambut baik kemajuan dari proses negosiasi "code of conduct" di LTS.
"Saya menyambut kemajuan yang telah dicapai dalam perundingan 'code of conduct'. Hal ini tentu akan berkontribusi besar dalam memastikan Laut Tiongkok Selatan menjadi kawasan yang aman, adil dan damai," kata Presiden.
Sebelum pernyataan pers bersama kedua pemimpin negara, dilakukan pertemuan bilateral yang dihadiri sejumlah menteri dari masing-masing negara.
Dalam kesempatan itu, kedua negara telah menandatangani 2 nota kesepahaman yang disaksikan langsung Presiden Joko Widodo dan Presiden Tran Di Quang.
Kedua nota kesepahaman dimaksud ialah Rencana Aksi Kemitraan Strategis Indonesia-Vietnam 2019-2023 yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Luar Negeri Vietnam.
Selain itu Komunike Bersama untuk memerangi penangkapan ikan ilegal serta mempromosikan tata kelola perikanan berkelanjutan yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam.
Turut hadir dalam pertemuan bilateral tersebut Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, serta Duta Besar RI untuk Vietnam Ibnu Hadi.
Baca juga: Presiden Jokowi disambut upacara kenegaraan di Vietnam
Baca juga: Diaspora Indonesia sambut Jokowi di Hanoi
Pewarta: Agus Salim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018