Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan kelas parenting bagi ibu hamil dan orang tua bayi berusia 0-2 tahun di 92 kabupaten di Indonesia sebagai bagian dari program nasional pencegahan stunting (kekerdilan).

"Untuk tahap awal, program bimtek pencegahan stunting sudah dilaksanakan tahun 2017 di delapan kabupaten di antaranya Kulon Progo, Klaten, Nganjuk, Banggai, Polewali Mandar, Lombok Barat, Sumbawa, dan Maluku Tengah," kata Direktur Pendidikan Keluarga Ditjen PAUD dan Dikmas Kemdikbud Sukiman di Jakarta, Senin.

Selanjutnya, pada 2018 targetnya di 92 kabupaten dengan sasaran kantung-kantung prevalensi stunting.

Pelaksana bimtek kelas parenting terdiri dari tiga unsur, yakni kepala desa, perwakilan PKK, pengelola Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) setempat yang diharapkan melakukan sosialisasi kepada masyarakat di sekitarnya tentang stunting dan pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan.

"Tiap desa akan memilih satu PAUD yang terbaik untuk dijadikan lokasi untuk dua kali pertemuan kelas parenting. Kegiatan ini dibiayai dari dana desa," katanya.

Sementara itu, Kemdikbud menyiapkan buku-buku parenting dalam kaitannya dengan 1.000 hari pertama kehidupan, berupa buku bacaan bagi orang tua serta cakram tentang 1.000 hari pertama kehidupan yang disampaikan oleh ahlinya.

"Ambisi kami di dalam kelas parenting ayahnya bisa ikut sebagai pendukung istri dalam menyiapkan dan mengingatkan istri untuk mau patuh dan disiplin mengkonsumsi tablet zat besi, vitamin C dan kalisum yang diperoleh secara cuma-cuma dari puskesmas sebab hasil survei kemenkes menyebutkan banyak ibu hamil terutrama di desa-desa enggan minum obat-obatan itu karena saat hamil terasa tidak enak," ujarnya.

Akibat tidak patuh mengkonsumsi obat maka separuh dari ibu hamil menghadapi anemia yang berdampak pada anak yang dilahirkannya juga menderita anemia pada akhirnya anak berpotensi mengalami kekerdilan.

Karena itu, kehadiran ayah di kelas parenting sangat diharapkan menjadi pengingat dan peneguh istri selama proses kehamilan, katanya.

Kekerdilan, ujar Sukiman persoalannya tidak sebatas fisik saja tetapi yang dikhawatirkan otaknya tidak berkembang dengan baik sehingga ketika sekolah anak itu tidak memiliki kemampuan maksimal.

Sementara itu, ujar Sukiman, di kelas parenting orang tua dengan anak usia 0-2 tahun diberikan pengetahuan tentang bagaimana menstimulasi balitanya, seperti pengetahuan tentang gizi balita dan cara merawat balita.

Selain itu, pengetahuan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, antara lain bahwa balita sebaiknya tidak terlalu sering digendong, apalagi terlalu banyak dibedong -dibungkus dengan lapisan kain agar bayi tidak banyak bergerak-, karena sirkulasi udara harus cukup demi kebutuhan oksigen yang memadai di masa pertumbuhan dan perkembangan otak.

"Biarkan secara alami anak menemukan cara dia miring, berguling, merangkak, berdiri dan berjalan satu langkah dua langkah, seharusnya bisa dilakukan sendiri oleh anak tanpa perlu terlalu banyak intervensi orang tua," katanya.

Sukiman mengatakan masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia.

"Pada masa inilah proses tumbuh kembang seorang anak dimulai. 1.000 hari pertama kehidupan dihitung sejak pembuahan sampai usia sekitar 2 bulan merupakan masa kritis yang dapat meminimalisir akibat stunting. Orang tua merupakan ujung tombak pengasuhan anak, yang diharapkan mampu memperkecil akibat."


Baca juga: Pakar: Cegah stunting dengan memantau tumbuh kembang
Baca juga: Kominfo : "stunting" ancaman bonus demografi 2030

Pewarta: Zita Meirina
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018