mengangkat potensi daerah ini bukan hanya sekadar menjual bahan baku tapi kita jual produk hilir
Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemristekdikti) mendorong pengolahan sumber daya alam menjadi produk strategis dari hulu hingga ke hilir.
"Supaya kita bisa mengangkat potensi daerah ini bukan hanya sekadar menjual bahan baku tapi kita jual produk hilir yang punya nilai tambah besar," kata Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemristekdikti Djumain Appe, Jakarta, Senin.
Djumain mengatakan penerapan inovasi dan pemanfaatan teknologi dalam pengolahan sumber daya alam menjadi produk strategis seperti nilam dan kelapa dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk, produktivitas daerah, produk domestik bruto daerah, dan meningkatkan kesejahteraan petani dalam menunjang pembangunanan ekonomi bangsa ke depan.
"Makin tinggi nilai tambah, makin tinggi nilai ekspor. Makin tinggi nilai ekspor, makin tinggi devisa negara kita," tuturnya.
Ia mengatakan produk strategis seperti dari nilam dan kelapa didorong untuk menghasilkan produk turunan yang dibutuhkan pasar seperti untuk kosmetik, meubel san produk kesehatan.
"Kita juga jangan sampai buat produk yang pasarnya kita tidak bisa masuk," tuturnya.
Ia menuturkan tidak ingin hanya berhenti pada uji coba teknologi kemudian tidak ada keberlanjutan. Namun, harus sampai pada pertumbuhan industri di sektor produk strategis secara berkelanjutan dan proses pemasaran produk.
"Kita dorong secara industri, tidak lagi 'pilot project' (proyek percontohan) di mana kalau industri itu ada, keberlanjutan ada, investor juga ada, tidak mau cuma 'pilot project' (proyek percontohan) sampai di situ karena ada yang mangkrak," ujarnya.
Produk strategis unggulan daerah dapat menjadi satu potensi pembangunan ekonomi daerah ke depan.
Untuk itu, harus ada sinkronisasi antara teknologi, industri dan bisnis.
"Kita tingkatkan nilai tambahnya dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi ini," tuturnya.
Baca juga: Menristekdikti: anggaran riset jangan diecer
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018