Oleh Imam Santoso


Ternate (ANTARA News) - "Ngori Mukhlis Abdullah, Johukum Sangaji, Magugu wali Kesultanan Ternate ma daha jaib kolano Moloku Kie Raha Buldan tositede ngana, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Ngon Tarima? Ngon Tarima? Ngon Tarima?" ujar Johukum Sangaji Mukhlis Abdullah.

Lantas dijawab "Tarima, Tarima, Tarima," oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi yang telah mengenakan baju dan peci adat Ternate berwarna kuning keemasan.

Suasana sakral terasa di ruang berbentuk joglo Kedaton Kesultanan Ternate. Di ruang dengan luas sekitar 80 meter persegi itu hadir para pemangku adat dan pejabat kesultanan, termask tamu-tamu adat seperti Gubernur Maluku Utara dan Walikota Ternate.

Pemberian gelar adat Kapita Ngofa Ngare atau Pemimpin Pemuda dari Kesultanan Ternate kepada Menpora Imam Nahrawi itu seakan membuka kembali lembaran bidang olahraga Nusantara yang menyatukan keragaman budaya dengan semangat persatuan dan kebangkitan bangsa Indonesia dalam peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas).

Sebagai Kapita Ngofa Ngare, Menpora Imam memikul tanggung jawab dan amanah untuk menjembatani dan merangkul seluruh unsur kepemudaan sebagai generasi penerus bangsa untuk melestarikan adat Nusantara dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Dari tangan pemuda-pemuda seluruh Tanah Air yang berbeda, masa depan Indonesia akan terus kuat," kata Menpora yang juga berharap semangat pelestarian adat dan budaya itu juga terwujud dalam kesuksesan prestasi dan penyelenggaraan Asian Para Games 2018.

Legu, dalam bahasa Ternate, berarti pesta. Sedangkan Moloku Kie Raha mengandung arti tempat empat gunung sebagai nama lain Maluku Utara. Maka, perayaan pesta olahraga dalam peringatan Haornas ke-35 di Maluku Utara itu menjadi tonggak bersejarah kebangkitan olahraga Indonesia pada 2018 sebagai tahun olahraga.

Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi menerima gelar Kapita Ngofa Ngare atau Pemimpin Pemuda dari Kesultanan Ternate di Kedaton Kesultanan Ternate, Minggu (09/09/2018). (Humas Kemenpora)

Kebangkitan olahraga nasional

Peringatan Hari Olahraga Nasional pada Minggu (9/9) yang berpusat di Ternate menjadi momentum kokoh bidang olahraga Indonesia menyusul penyelenggaraan Asian Games ke-18 pada 18 Agustus dan 2 September serta Asian Para Games pada 6-13 Oktober.

"Kita berhasil menjadi tuan rumah yang baik sekali mencapai prestasi gemilang dalam Asian Games. Dukungan doa dari seluruh warga Indonesia, perjuangan atlet dan pelatih, serta komandan kontingen dan panitia penyelenggara akan kita lanjutkan pada penyelenggaraan Asian Para Games 2018," kata Menpora.

Kontingen Indonesia dalam Asian Games 2018 menempati peringkat empat dengan perolehan 31 medali emas, 24 medali perak, dan 43 medali perunggu itu menjadi titik tolak prestasi olahraga Indonesia meskipun masih terdapat "pekerjaan-pekerjaan rumah" seperti pembinaan dan pencarian bibit atlet daerah menjadi atlet nasional.

Kemenpora sebagai kementerian yang bertanggung jawab secara langsung terhadap prestasi olahraga nasional terutama dalam menghadapi kejuaraan-kejuaraan multi-cabang olahraga internasional menyadari kebutuhan regenerasi atlet nasional dengan menggelar program Gala Desa, termasuk di Ternate dan Tidore.

Di dua kota itu, program Gala Desa Kemenpora menggelar pertandingan enam cabang olahraga yaitu atletik, sepak bola, bulu tangkis, bola voli, sepak takraw, dan tenis meja.

"Gala Desa adalah program andalan kami untuk mengembangkan olahraga di daerah-daerah terdepan Indonesia. Kegiatan ini menjadi komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk mengembangkan potensi sumber daya olahraga," kata Ketua Panitia Pelaksana Haornas 2018 Teguh Rahardjo selepas membuka pertandingan sepak bola di lapangan Kayu Merah, Ternate.

Pertandingan cabang-cabang olahraga itu juga selaras dengan potensi pembinaan cabang-cabang olahraga daerah, termasuk di Ternate dan Maluku Utara secara luas. Tapi, Kemenpora masih perlu untuk mengidentifikasi lebih rinci untuk pengembangan olahraga khas daerah selain cabang-cabang olahraga populer seperti sepak bola ataupun bulu tangkis.

Pertandingan Gala Desa 2018 cabang sepak bola antar-sekolah sepak bola di Lapangan Kayu Merah Kota Ternate, Sabtu (8/9/2018). Program Gala Desa di Kota Ternate merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2018 yang berpusat di Kota Ternate pada Minggu (9/9/2018). (Antara/Imam Santoso)

Pengembangan olahraga potensial

Walikota Ternate Burhan Abdurahman mengatakan kota bersejarah itu mempunyai potensi pengembangan lima cabang olahraga yaitu sepak bola, tinju, bulu tangkis, dan pencak silat.

"Potensi olahraga di daerah kami, seperti tinju, memang berbeda dengan anugrah alam yang sebagian besar berupa perairan," kata Burhan.

Sunan Agung Amoragam, peraih medali perunggu cabang tinju dalam Asian Games 2018, serta mantan petinju senior Indonesia Albert Papilaya menjadi bukti klaim Burhan tentang potensi cabang tinju di Ternate sebagai daerah kepulauan.

Selain tinju, Ternate juga punya potensi atlet pada cabang sepak bola. Abduh Lestaluhu, Rizky Rizaldi Pora, Zulham Zamrun, dan Ilham Udin Armayn merupakan nama-nama pemain tim nasional U-23 dan timnas senior Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia berdarah Maluku Utara.

Pada cabang bulu tangkis, Ternate langsung merujuk pada kesuksesan keluarga Mainaky yang telah menorehkan prestasi baik sebagai atlet maupun sebagai pelatih Bulu Tangkis Indonesia. Rexy Mainaky bahkan memiliki arena bulu tangkis pribadi yang mendukung pembinaan cabang andalan Merah-Putih itu di Ternate.

"Olahraga air seperti renang, menyelam, ataupun layar memang belum berkembang di daerah kami meskipun wilayah kami sebagian besar adalah laut," kata Burhan yang mengaku masyarakat Ternate merupakan masyarkat nelayan jika merujuk pada sejarah mereka.

Ternate, lanjut Burhan, juga tidak banyak menjadi tuan rumah kejuaraan-kejuaraan olahraga nasional ataupun internasional menyusul ketiadaan dukungan secara berkelanjutan baik dari pemerintah pusat ataupun dari sponsor swasta.

"Anggaran kami terbatas karena kami harus mengatur semua bidang agar tetap berjalan dan tidak hanya terpusat pada olahraga," kata Burhan yang menyadari sejumlah keterbatasan akses menuju Ternate.

Pengembangan Paralimpiade

Selain cabang-cabang olahraga itu, Maluku Utara juga masih menyimpan potensi pengembangan cabang-cabang olahraga disabilitas menyusul Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018.

Sekretaris Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Kota Ternate Rissal Asor mengatakan terdapat sekitar 150 orang atlet difabel yang tersebar di Maluku Utara baik pada tingkat pelajar ataupun dewasa.

"Potensi cabang disabilitas di Maluku Utara antara lain para atletik, para angkat besi, tenis meja kursi roda, dan bulu tangkis kursi roda," kata mantan atlet tenis meja kursi roda itu.

Kehadiran pawai obor Asian Para Games ke-3 di Kota Ternate, menurut Rissal, menjadi momentum untuk membakar semangat atlet-atlet difabel Ternate terutama keberlanjutan pembinaan.

"Kami tidak punya fasilitas berlatih khusus, kami berlatih di arena olahraga umum selain berlatih di rumah karena saya punya meja tenis meja," kata pria berusia 45 tahun yang juga pengajar musik itu.

Ketua Umum Panitia Penyelenggara Asian Para Games 2018 (INAPGOC) Raja Sapta Oktohari mengatakan penyelenggaraan pawai obor APG 2018 di Ternate mendapatkan sambutan meriah dari masyarakat.

"Masyarakat Ternate sangat menyambut dengan antusias dan menggelorakan semangat Asian Para Games. Peringatan Hari Olahraga Nasional pada tahun ini menjadi peringatan spesial karena berlangsung pada tahun olahraga. Jika Asian Games sukses, kami meminta doa dan dukungan dari seluruh masyarakat demi kesuksesan penyelenggaraan dan prestasi dalam Asian Para Games," ujar Okto.

Syahdan, Legu Olahraga di negeri Moloku Kie Raha, pada Minggu, seirama dengan peringatan Haornas ke-35 Ayo Olahraga, Bangun Indonesia! karena olahraga, terutama cabang pencak silat, telah membuktikan kemampuannya untuk menyatukan calon-calon pemimpin bangsa.

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018