Saya yakin Festival Indonesia dapat mempersempit jarak kesalahpahaman dan mispersepsi antara kedua bangsa,
London, (ANTARA News) - Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi dianugerahi gelar Visiting Professor of International Relations dari National Research Tomsk State University (TSU) bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-140 universitas tersebut.
Penghargaan diberikan TSU atas kontribusi Dubes Wahid di bidang hubungan internasional, khususnya dalam pengembangan kerja sama antara Indonesia dengan Rusia dan Dubes Wahid adalah Dubes asing pertama yang mendapat penghargaan tersebut, demikian Sekretaris Pertama Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Enjay Diana, kepada Antara London, Minggu.
Acara penganugerahan dihadiri Presiden TSU, Georgiy Mayer beserta jajaran staf dan staf pengajar, serta mahasiswa TSU juga hadir Rektor Universitas Pattimura, Ambon, dan tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Georgiy Mayer mengatakan Dubes Wahid berupaya bukan hanya menggunakan bentuk-bentuk pekerjaan standar yang biasa dilakukan, tetapi hal-hal baru yang dapat memberikan hasil signifikan dan nyata dalam pengembangan hubungan Indonesia dengan Rusia. "Tomsk State University senang dan bangga melihat Duta Besar Wahid Supriyadi sebagai guest lecturer," ujar Mayer.
Usai penganugerahan, Dubes Wahid didaulat memberikan kuliah umum yang bertema Indonesia-Russia: From Image Building to Practical Cooperation yang dalam paparannya, mengatakan salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia dan Rusia adalah image building.
Menurut Dubes Wahid, sebagian besar masyarakat dunia, termasuk Indonesia, masih menganggap Rusia sebagai kelanjutan dari Uni Soviet yang komunis dan masyarakatnya tertutup. Penyelenggaraan Piala Dunia 2018 di Rusia telah mengubah persepsi banyak orang di dunia terhadap Rusia, termasuk orang Indonesia.
Sebaliknya, sebagai negera berpenduduk Muslim terbesar, dengan penduduk keempat terbesar di dunia serta perekononian ke-15, Indonesia kurang dikenal. Tidak sedikit masyarakat dunia, termasuk Rusia, lebih mengenal Bali dari pada Indonesia.
Dubes menyampaikan berbagai langkah yang dilakukan untuk lebih mendekatkan hubungan antara Indonesia dengan Rusia. Salah satunya dengan mengadakan Festival Indonesia di Moskow yang telah berlangsung sebanyak tiga kali.
"Saya yakin Festival Indonesia dapat mempersempit jarak kesalahpahaman dan mispersepsi antara kedua bangsa dan hubungan antar masyarakat merupakan kunci utama, sebagaimana peribahasa Indonesia, Tidak kenal maka tak sayang," ujarnya.
Dikatakannya selama penyelenggaraan festival sebelumnya, tahun 2017 perdagangan Indonesia dan Rusia mengalami peningkatan 25 persen menjadi sebesar USD 3,27 milyar, wisatawan Rusia ke Indonesia meningkat 37 persen menjadi 110.500 orang dan sebaliknya jumlah wisatawan Indonesia yang berwisata ke Rusia tercatat sekitar 20 ribu orang.
Dalam sesi diskusi dan tanya jawab, Wakil Rektor Bagian Hubungan Internasional TSU, Artyom Rykun menanyakan bagaimana Indonesia dengan keanekaragaman yang luar biasa dan wilayah yang kepulauan dengan sekitar 17 ribu pulau dapat bertahan hingga sekarang.
Menanggapi berbagai pertanyaan, Dubes Wahid mengatakan jauh sebelum Indonesia mendeklarasikan kemerdekaanya, kelompok pemuda dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul di Batavia mengucapkan "Sumpah Pemuda" untuk berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu, yaitu Indonesia pada 28 Oktober 1928.
"Persoalan bahasa persatuan bahkan sudah diselesaikan oleh bangsa Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka, walaupun sekitar 40 persen orang Indonesia berbahasa Jawa," ujarnya.
Selain kuliah umum, Tim Kesenian KBRI Moskow menyemarakkan pertunjukan malam budaya dengan menampilkan empat tarian daerah Indonesia seperti Tari Gambyong Pareanom, Tari Merak, Tari Remo Pujanggan dan Tari Magrapati ditampilkan Elisabeth Nur Nilasari dan Arianti Dian Nurrosi.
TSU adalah salah satu Universitas tertua Rusia yang didirikan tahun 1878 dan merupakan Universitas Imperial Siberia Pertama. TSU salah satu Universitas terkemuka di Rusia dan masuk dalam peringkat ke-277 dunia menurut QS World University Rankings 2018.
Kerja sama antar perguruan tinggi menjadi salah satu kerja sama yang dikembangkan antara Indonesia dan Rusia. Rektor dari UI, UGM, ITB, IPB, Undip, dan Wakil Rektor ITS, serta perwakilan Unud yang tergabung dalam delegasi PLN berkunjung ke Rusia pada 3-8 September lalu.
Perguruan tinggi Indonesia tersebut melakukan penjajakan kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di Rusia, yaitu Moscow Power Engineering Institute (MPEI), National Research Nuclear University MEPhI (Moscow Engineering Physics Institute), dan Gubkin Russian State University of Oil and Gas.
Dalam kunjungannya juga ditandatangani perjanjian kerja sama antara ITB dan UI dengan Russian State Agrarian University - Moscow Timiryazev Agricultural Academy (RSAU MTAA), dan ITB dengan Moscow Aviation Institute (MAI). Sementara UGM dan Unud telah menjalin kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di Rusia.*
Baca juga: Dubes bunyikan lonceng tandai ajaran baru Rusia
Baca juga: Dubes Wahid: Indonesia-Rusia menuju tahapan kemitraan strategis
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018