Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Kamis pagi menguat setelah pelaku pasar merasa optimis bahwa bank sentral AS akan menurunkan suku bunga acuan, Fed Funds, pada akhir tahun ini menjadi 5 persen. The Fed sebelumnya telah menurunkan bunga diskonto sebesar 50 basis poin menjadi 5,75 persen yang menekan gejolak pasar uang global agak mereda. Situasi ini mengakibatkan rupiah naik menjadi Rp9.360/9.365 per dolar AS dibanding hari sebelumnya Rp9.395/9.440 atau naik 35 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta mengatakan apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya, maka pelaku pasar akan kembali memburu rupiah. Karena "differential" suku bunga rupiah dan dolar AS akan semakin melebar yang memicu investor asing kembali menempatkan dananya di pasar domestik, katanya. Rupiah, menurut dia, sebenarnya sejak awal pekan ini mulai membaik, namun para pelaku pasar masih ragu-ragu untuk membeli rupiah, sehingga posisi masih di atas level Rp9.400 per dolar AS. Membaiknya pasar saham regional yang didukung bursa Wall Street memicu rupiah menguat jauh di bawah level Rp9.400 per dolar AS, sekalipun yen berlanjut melemah, ucapnya. Pasar saham regional, menurut dia, juga terpicu oleh membaiknya indeks komposit Shanghai untuk pertama kali mencapai di atas 5.000 poin, karena pelaku pasar aktif bermain di pasar saham melakukan aksi beli. Faktor utama yang memicu aksi beli itu karena pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh dengan cepat jauh di atas pertumbuhan negara Asia lainnya, katanya. Ia mengatakan, rupiah pada penutupan sore nanti diperkirakan akan kembali menguat melihat pasar cenderung mendukung pergerakan mata uang lokal itu. Rupiah diperkirakan akan terus mendekati level Rp9.350 per dolar AS dan apabila dukungan pasar makin kuat, maka akan bisa melewati angka batas tersebut, katanya. Mengenai dolar AS, ia mengatakan menguat terhadap yen menjadi 115,93 atau naik 0,5 persen dan euro naik jadi 115,30 atau menguat 0,6 persen. Kenaikan dolar AS itu terhadap yen, karena pelaku pasar masih khawatir dengan kasus carry trade, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007