Denpasar (ANTARA News) - Kasus flu burung (H5N1) yang sudah merenggut dua jiwa di Bali menjadi perhatian internasional, termasuk dari negara-negara yang menjadi pasar potensial wisatawan bagi Pulau Dewata. "Kami menerima telepon dari Jepang, Australia dan sejumlah negara di Eropa, yang menanyakan tingkat ancaman virus flu burung di daerah kita," kata Kepala Dinas Pariwisata Bali, Drs I Gede Nurjaya, di Denpasar, Kamis. Hal serupa juga diakui Kepala Dinas Peternakan Propinsi Bali, Ida Bagus Raka. Ia antara lain menerima telepon dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, yang menanyakan upaya penanganan kasus flu burung yang merebak belakangan ini. Selama ini, wisatawan dari Jepang merupakan yang terbanyak berkunjung ke Bali, disusul dari Australia dan negara-negara kawasan Eropa maupun Amerika. Menurut Nurjaya, biro perjalanan wisata di luar negeri maupun duta besar dari sejumlah negara, umumnya menanyakan tingkat ancaman dan perkembangan kasus flu burung tersebut. Selain itu, juga upaya penanganan yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat dan langkah-langkah lain dalam mengantisipasi agar kasus tersebut tidak terus meluas. "Semua pertanyaan itu kami jawab secara jujur. Masyarakat kita bersama seluruh jajaran di Pemkab, Pemkot dan Pemprop, bekerja keras melakukan pencegahan dengan harapan dapat segera ditangani secara tuntas," ujar Nurjaya. Pariwisata Bali yang menjadi tumpuan harapan sebagian besar masyarakat setempat, mengalami cobaan yang tidak ada hentinya. Keterpurukan pariwisata pascatragedi bom 12 Oktober 2002 dan 1 Oktober 2005 yang baru saja mulai bangkit, kini kembali diterpa kasus flu burung. Ia berharap ancaman flu burung itu tidak ditanggapi dengan kekhawatiran berlebihan, apalagi berbagai upaya telah dan tengah dilakukan secara serius. "Masyarakat internasional umumnya menyambut baik keseriusan dan kesungguhan kita dalam mengatasi kasus flu burung ini," kata Nurjaya. Meski kalangan internasional banyak menanyakan penanganan kasus flu burung, namun hingga saat ini biro perjalanan wisata (BPW) yang menangani kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata belum ada yang menerima pembatalan atau penundaan kunjungan turis. Menurut Nurjaya, kunjungan wisman ke Bali normal-normal saja, bahkan tingkat hunian hotel di kawasan Sanur, Kuta dan Nusa Dua, kini rata-rata mencapai sekitar 70 persen. Kunjungan selama 15 hari pada bulan Agustus pasca Bali dilanda Flu burung, tercatat 75.000 orang, atau setiap harinya rata-rata 5.700 orang. Bali selama periode Januari hingga pertengahan Agustus 2007 menerima kunjungan tidak kurang satu juta wisman. Tindakan yang cepat dilakukan pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat dalam mengatasi kasus flu burung merupakan langkah yang positif dalam upaya mempertahankan citra pariwisata Bali. Orang asing akan melihat dan turut memantau tindakan serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi flu burung, sehingga mereka tidak khawatir berlibur Bali, kata Nurjaya. Pemprop Bali bersama jajaran Pemkab/Pemkot dibantu berbagai lapisan masyaralat, dalam mengantisipasi flu burung telah berbuat secara maksimal. Upaya itu bahkan dilakukan sejak dua tahun lalu, dengan membantu alokasi dana bagi RSUP Sanglah Denpasar dalam menyiapkan ruangan khusus bagi pasien penderita flu burung, selain peralatan, obat-obatan dan penyiapan tenaga dokter. Upaya tersebut kini dilanjutkan dengan membangun sebuah gedung terisolasi khusus untuk merawat pasien flu burung dengan alokasi dana sebesar Rp1,8 miliar. Pemerintah Propinsi Bali juga memberikan perhatian khusus terhadap ternak unggas agar tidak menularkan virus penyakit kepada manusia, seperti melalui tindakan pemusanahan. (*)
Copyright © ANTARA 2007