Osaka (20), yang merupakan petenis putri Jepang pertama yang mencapai final kategori tunggal di Grand Slam, harus berjuang lebih keras ketimbang yang terlihat di papan skor untuk dapat menyingkirkan unggulan ke-14 Keys, yang harus membayar "harga" karena tampil dengan naluri membunuh yang minim.
Petenis AS itu mendapatkan 13 peluang break point, namun Osaka mampu menggagalkan semuanya dan tampil jauh lebih tajam untuk mengonversi tiga dari empat peluang yang dimilikinya.
"Ini akan benar-benar buruk, namun saya hanya berpikir bahwa saya benar-benar ingin bermain melawan Serena," kata Osaka saat diwawancari di lapangan. "Saya mencintai Anda (Serena). Saya mencintai semua orang."
"Ini terasa sedikit tidak nyata," tambahnya kepada para pewarta. "Bahkan ketika saya masih anak-anak, saya selalu bermimpi saya akan bermain melawan Serena di final Grand Slam."
"Di saat yang sama saya seperti merasa saya semestinya menikmati momen ini, saya semestinya tetap berpikir ini seperti pertandingan lain. Saya semestinya tidak benar-benar memikirkan dia sebagai idola saya. Saya semestinya hanya berusaha untuk bermain dengan dia sebagai seorang lawan."
Osaka memenangi gelar perdana pada kariernya di Indian Wells tahun ini namun tidak pernah mengalahkan Keys dalam tiga pertemuan sebelumnya, dan kalah dari petenis AS itu di Madison Keys pada 2016.
"Ini masih benar-benar aneh karena saya belum pernah mengalahkan Madison sebelumnya," kata Osaka. "Ia benar-benar seorang petenis yang bagus... Menurut saya, saya sedikit terguncang dan gugup."
Rasa gugup itu memuncak ketika petenis Jepang itu mendapati dirinya tertinggal 0-40 pada gim service keduanya, namun ia mampu menjaga ketenangan, bangkit untuk mencatatkan "deuce" dan menyelamatkan break point lainnya untuk menahan dan menyamakan kedudukan menjadi 2-2.
Peran yang berbalik
Peran-peran itu berbalik pada gim berikutnya.
Osaka mampu mendapatkan dua break point, dan meski Keys menggagalkan yang pertama, ia mampu memaksa petenis AS itu untuk melakukan kesalahan saat memukul forehand untuk unggul 3-2.
Petenis Jepang itu menggagalkan dua break point lain pada gim service berikutnya, dan kemudian permainan Keys yang merosot.
Petenis AS itu melakukan tiga unforced error ketika ia kalah pada servenya untuk kedudukan "love." Osaka mendapati dirinya melakukan serve untuk menutup set dan ia menyelesaikan set itu dalam waktu 37 menit.
"Saya merasa jika saya dapat melakukan break, mungkin saya dapat bangkit," tutur Keys. "Setiap kali saya mendapatkan break point, itu adalah ace atau winner atau sesuatu seperti itu (dari Osaka)."
"Anda terus berjuang... Kemudian dia datang dengan pukulan-pukulan itu, itu sulit... Anda berpikir, baik, ia akan mengendur pada suatu saat, namun ia tidak melakukannya, maka seluruh kredit untuk dia."
Keys bangkit pada set kedua dengan determinasinya namun ia kehilangan servenya pada gim pertaam dengan unforced error ke-21nya di pertandingan ini.
Itu merupakan "tipping point" dan Osaka mengamankan kemenangan dalam waktu satu jam 26 menit dengan pukulan servicenya, tersenyum lebar ketika bola mengenai bingkai raket Keys dan menuju ke arah penonton.
Pewarta: Rauf
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018