Jakarta (ANTARA News) - Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau mencatat industri rokok di Indonesia pada 2006 berhasil mengumpulkan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar Rp71,5 triliun. Ketua VI Komnas Pengendalian Tembakau untuk Kajian dan Penelitian, Soewarta Kosen, di Jakarta, Rabu, mengatakan, pada tahun 2006 total produksi rokok di Indonesia diperkirakan berjumlah 230 miliar batang. Jika rata-rata harga rokok per batang Rp450, total penjualannya mencapai Rp103,5 triliun, dikurangi dengan total cukai Rp32 triliun maka SHU industri rokok bisa mencapai Rp71,5 triliun," katanya. Namun demikian, tambahnya, angka Rp71, 5 triliun tersebut memang belum dikurangi biaya produksi dan bahan baku. Oleh karena itu, dia mengatakan, tidak heran jika tiga orang terkaya di Indonesia merupakan pemilik dari industri rokok di Indonesia. Ketiganya, yakni pemilik pabrik rokok Grup Djarum dengan nilai 4,2 miliar AS dolar, pemilik pabrik rokok Gudang Garam dengan nilai kekayaan 3,5 miliar AS dolar, dan pemilik Sampoerna dengan nilai kekayaan 2,2 miliar AS dolar. Dari hasil Susenas 2004, tercatat prevalensi laki-laki dan wanita dengan usia di atas 15 tahun yang merokok mencapai 34,5 persen. Untuk di daerah urban mencapai 31,8 persen, sementara di daerah pedesaan mencapai 36,6 persen. Sementara itu, dia mengatakan, daerah dengan perokok tertinggi sebesar 42 persen adalah provinsi Maluku Utara, sedangkan daerah dengan perokok terendah sebesar 24 persen adalah provinsi Nangro Aceh Darussalam. Menurut Ketua Umum Komnas Pengendalilan Tembakau, Farid Anfasa Moeloek, yang disayangkan oleh Komnas Pengendalian Tembakau adalah 63 persen pembeli rokok tersebut merupakan laki-laki dengan ekonomi menengah ke bawah. "Uang yang seharusnya dapat digunakan untuk menunjang pengeluaran keluarga harus digunakan untuk membeli rokok," ujar dia. Susenas 2004 mencatat, pengeluaran keluarga dengan sosial-ekonomi rendah dipergunakan untuk membeli rokok 9,1 persen. Sementara untuk mereka yang berada di kelas sosial-ekonomi tinggi hanya 7,4 persen saja.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007