Jakarta, 6/9 (ANTARA NEWS) - Ketua MPR RI Zulkifli Hasan meminta masyarakat tidak panik, tidak saling menyalahkan, atau bahkan mencari kambing hitam atas jatuhnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Naiknya dolar, bisa menyebabkan kesulitan buat kita semua, karena itu kita harus bersatu. Yang punya dolar, jualah dahulu, untuk membantu meredakan tekaterhadap rupiah," kata Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam siaran pers yang diterima Antara Jakarta, Kamis.

Zulkifli Hasan menyampaikam hal itu saat menjawab pertanyaan wartawan usai melaksanakan diskusi Empat Pilar dihadapan anggota Majelis Taklim Nuzulul Khikmah, Pekon Tanjung Kemala, Kecamatan Pugung Kabupaten Tanggamus Lampung. Acara tersebut berlangsung di Pekon Tanjung Kemala, Rabu (5/9) malam.

Lebih lanjut Zulkifli meminta semua tetap tenang. Naiknya nilai tukar dolar Amerika, itu harus menjadi momentum panggilan bela negara, sekaligus untuk mempererat persatuan.

" imbas kenaikan dolar, akan mudah dihadapi kalau seluruh komponen bangsa bersatu," kata Zulkifli Hasan.

Menurut Zulkifli, saat ini pemerintah sedang berjuang untuk mengurangi tekanan rupiah terhadap dolar. Berbagai program sudah dilakukan, agar penurunan nilai rupiah bisa dikendalikan. Upaya yang sudah dilakukan pemerintah, antara lain, menghentikan impor barang mewah, dan menunda pembangunan infrastruktur yang memiliki kandungan barang impor sangat besar.

"Kita berharap ada peningkatan nilai ekspor sehingga mampu mendatangkan devisa. Selain itu para eksportir juga diminta memulangkan devisanya, inilah sikap-sikap yang bisa dilakukan sebagai bagian belakang negara", kata Zulkifli Hasan.p

Zulkifli percaya, kalau semua anggota masyarakat bersatu memenuhi panggilan bela negara untuk memperbaiki nilai rupiah, krisis yang menimpa bangsa Indonesia saat ini akan segera teratasi. Sebaliknya, jika situasi ini malah dimanfaatkan oleh beberapa oknum bangsa Indonesia, maka kejatuhan nilai rupiah itu akan menimbulkan kesusahan bagi seluruh bangsa Indonesia.

Pewarta: Jaka Sugiyanta
Editor: Jaka Sugiyanta
Copyright © ANTARA 2018