Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar dolar yang menguat terhadap rupiah membuat pemain di industri ponsel pintar, terutama buatan lokal, menyesuaikan diri dengan keadaan demi keberlangsungan bisnis mereka.
Direktur Pemasaran Advan, Tjandra Lianto, menyatakan perusahaan belum berencana menaikkan harga produk, namun mengatur ulang rencana pemasaran.
“Saat ini belum ada rencana (menaikkan harga) karena situasi pasar belum stabil,” kata Tjandra melalui pesan singkat kepada Antara, Kamis.
Merek ponsel lokal ini merespons penguatan dolar dengan efisiensi, khususnya di bagian pengeluaran. Advan mengaku berhemat dalam belanja iklan dan kegiatan pemasaran selama nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah.
Pemain lokal lainnya, Evercoss, berencana menyesuaikan harga ponsel seiring dengan kenaikan nilai tukar dolar, namun, mereka memantau situasi pasar sebelum eksekusi.
“Kami ada rencana naik untuk dua tipe ponsel saja, tapi, masih melihat kondisi pasar dulu dan kompetitor,” kata Kepala Pemasaran dan Komunikasi Evercoss, Suryadi Willim.
Baca juga: Suzuki belum akan naikkan harga motor di tengah penguatan dolar
Evercoss belum mau menyebutkan harga ponsel yang akan naik, namun, memperkirakan penyesuaian harga berkisar diantara 5 hingga 10 persen dari harga terkini.
“Kami akan fokus kolaborasi dengan brand-brand lain untuk menekan biaya-biaya,” kata Suryadi.
Strategi yang mirip juga diberlakukan oleh merk ponsel asal China, Asus, untuk produk ponsel maupun laptop, jika nilai tukar dolar terus menguat, mereka mempertimbangkan untuk kembali menyesuaikan harga.
Kepala Hubungan Masyarakat Asus Indonesia, Muhammad Firman menyatakan mereka sudah menaikkan harga ponsel sebesar Rp14.000 sejak Agustus lalu, namun, tidak berlaku untuk laptop.
Penyesuaian harga ini terutama berlaku untuk model ponsel keluaran terbaru, yaitu Zenfone Max Pro M1, Zenfone 5 dan Zenfone 5z.
“Tapi, kalau dolar terus menguat, kemungkinan akan ada penyesuaian lagi,” kata Firman.
Baca juga: BMW Indonesia masih "kebal" terhadap penguatan dolar AS
Manajer Humas OPPO Indonesia, Aryo Meidianto menyatakan belum ada rencana menaikkan harga ponsel meskipun mereka masih mengimpor komponen untuk produksi di dalam negeri.
“Karena produksi besar, maka komponen pun kami impor dalam jumlah yang cukup banyak. Komponen tersebut diimpor ketika belum ada fluktuasi kurs dolar,” kata Aryo.
Baca juga: Dolar naik, penjualan gadget baru di e-commerce tak terpengaruh
HMD Global Indonesia, yang merilis Nokia 6.1 Plus hari ini, berusaha untuk mempertahankan harga jual saat rupiah melemah seperti sekarang ini. Mereka belum berencana menyesuaikan harga untuk ponsel-ponsel Nokia yang telah dipasarkan di Indonesia.
“Kami mencoba untuk bertahan dengan komitmen yang kita sebutkan," kata Kepala Pemasaran HMD Global Indonesia Miranda Warokka saat peluncuran Nokia 6.1, siang ini.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta mengalami penguatan menjadi Rp14.895 dibandingkan pagi ini, Rp14.928.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018