Rusia, sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad, melancarkan kembali serangan udara terhadap pemberontak di Idlib pada Selasa setelah pengeboman dan gempuran pasukan pemerintah sebelum dilancarkan serangan berskala penuh terhadap kantung utama dan terakhir pemberontak.
Pemimpin Rusia, Turki dan Iran dijadwalkan bertemu pada Jumat di Iran dan diperkirakan membahas keadaan di Suriah barat laut itu. Turki, yang mendukung pemberontak melawan Bashar, mengatakan serangan atas Idlib akan menjadi bencana. Ankara menampung 3,5 juta pengungsi Suriah.
"Kami akan memandang situasi itu dari titik positif di pertemuan puncak ini...Insya allah, kami akan dapat menghindarkan ekstrimisme pemerintah Suriah di kawasan itu," kata Erdogan yang dikutip harian "Hurriyet".
Presiden itu, yang berbicara kepada wartawan di dalam pesawat dalam penerbangan kembali dari kunjungan ke Kyrgyzstan, juga bicara tentang gelombang pengungsi yang bisa terjadi dari Idlib ke Turki jika ofensif itu dilancarkan, demikian "Hurriyet".
"Dalam keadaan seperti ini, ke mana orang akan melarikan diri? Banyak di antara mereka akan ke Turki," katanya seperti dikutip.
Pada Rabu, Kementerian Pertahanan Turki mengatakan para pejabat Turki dan Rusia telah bertemu di Ankara untuk mengadakan pertemuan lima hari mengenai perkembangan-perkembangan di Suriah. Dikatakan, usaha-usaha bersama akan berlanjut.
Duta Besar Rusia untuk Turki Aleksei Erkhov yang dikutip stasiun penyiaran NTV mengatakan, Rusia dan Turki terus mengadakan kontak mengenai perkembangan-perkembangan paling terbaru di bagian utara Suriah.
"Pertemuan puncak itu akan diadakan di Iran pada Jumat merupakan peluang sangat besar bagi solusi di Suriah," kata Erkhov seperti dikutip.
Presiden Erdogan juga mengatakan sebuah peta jalan bagi kota Manbij di bagian utara Suriah disahkan Ankara dan Washington pada Juni tidak berjalan dengan baik, demikian Hurriyet.
Sebagai bagian dari peta jalan itu, pasukan Turki dan Amerika Serikat melakukan patroli di Manbij untuk membersihkan kawasan tersebut dari petempur YPG, yang Turki pandang sebagai kelompok teroris terkait dengan petempur Kurdi di wilayahnya.
Editor: Mohamad Antoni / Boyke S.
Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2018