Sebagai negara importir minyak saat ini, Indonesia harus bisa mengubah strategi untuk mengakselerasi pengembangan energi terbarukan, termasuk geotermal.
Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai diversifikasi energi akan membuat ekonomi Indonesia menjadi lebih kuat karena tidak bergantung pada sumber energi yang dihasilkan negara lain.
"Agar ekonomi menjadi lebih bertahan, Indonesia harus mampu menghasilkan energi yang lebih "diversify". Dan itu tidak hanya karena kita juga memiliki "resources potential" untuk men-diversify, tapi juga kita mampu untuk memiliki pilihan energi, geothermal is one of the sources," kata Menkeu saat menjadi pembicara kunci dalam acara the 6th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2018 di Jakarta, Kamis.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, Indonesia bisa belajar dari Islandia yang sebelumnya sangat bergantung pada energi yang berbasis pada minyak bumi, kini mampu mengembangkan energi panas bumi atau geotermal.
Islandia sempat mengalami krisis ekonomi yang dipicu ketergantungan pada minyak bumi yang diimpor. Neraca pembayarannya jebol ditambah dengan krisis perbankan domestiknya.
"Krisis itu membuat Islandia mengubah kebijakan. Ia adalah negara yang memiliki potensi geotermal sangat besar. Kini mereka tidak lagi harus impor minyak untuk bisa penuhi energi dalam rangka untuk menghangatkan badan saat `winter` dan mendinginkan saat panas," ujar Sri Mulyani.
Sebagai negara importir minyak saat ini, Indonesia harus bisa mengubah strategi untuk mengakselerasi pengembangan energi terbarukan, termasuk geotermal.
Ia mengatakan, saat ini geotermal memang dianggap sebagai energi yang relatif mahal untuk dikembangkan pada saat energi alternatif lain bisa menelan biaya yang relatif lebih murah.
Kendati demikian, hal tersebut merupakan tantangan bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan dan juga bagi PT Perusahaan Listrik Negara.
Sri Mulyani berharap dua BUMN yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur dan Geo Dipa, dapat membantu mengakselerasi berbagai proyek yang dibutuhkan untuk menciptakan energi berkelanjutan di masa depan di Indonesia.
Pada tahun lalu, pemerintah menyediakan dana pembiayaan infrastruktur sektor panas bumi atau geothermal fund yang bersumber dari APBN 2017 dan dana hibah Bank Dunia sebesar Rp3,7 triliun.
Dana dari APBN 2017 tersebut berjumlah Rp3 triliun, dan sisanya geothermal fund mendapatkan tambahan dana yang berasal dari hibah Bank Dunia sebesar 55,25 juta dolar AS atau sekitar Rp700 miliar. Pemerintah menunjuk PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) untuk mengelola dana tersebut. Kontraktor panas bumi bisa mengajukan pinjaman dari dana geothermal fund tersebut
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018