Kerja dari peralatan ini cukup canggih, karena sistemnya seperti menggunakan scanner berputar dan dapat mendeteksi dengan sinar sesuai dengan target sasaran,
Nusa Dua, Bali, (ANTARA News) - President Federation of Asian Organizations for Radiation Oncology (FARO) Prof Dr Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo mengatakan peralatan dunia kedokteran saat ini semakin canggih, diantaranya radioterapi yang dapat mengurangi keluhan pasien saat menjalani kemoterapi.
"Peralatan kedokteran berunsur nuklir berupa radioterapi itu dapat mengurangi keluhan pasien saat menjalani kemoterapi dan kecanggihan alat tersebut dapat menyasar pada target pemulihan yang ditentukan," katanya dalam pertemuan para ahli Onkologi Radiasi Asia ke-3 di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Ia mengatakan peralatan radioterapi saat ini sudah berkembang di negara-negara Eropa, termasuk juga di Asia. Diharapkan peralatan kedokteran tersebut bisa dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya menolong penderita kanker.
"Kerja dari peralatan ini cukup canggih, karena sistemnya seperti menggunakan scanner berputar dan dapat mendeteksi dengan sinar sesuai dengan target sasaran," ujar Soehartati yang juga Ketua Program Penanggulangan Kanker Nasional.
Ia mengatakan peralatan teknologi yang canggih tersebut mampu melakukan radioterapi sampai di tempat yang sangat sulit, dan tidak sampai merusak sel-sel yang lain.
"Walau peralatan kedokteran itu menggunakan sistem radioterapi yang berunsur nuklir, tetapi pengawasan tetap di bawah Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (Bapetan) dan Kementerian kesehatan," ujarnya.
Soehartati juga menjelaskan bahwa kemoterapi bagi penderita kanker yang menggunakan peralatan kedokteran radioterapi itu hanya ada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Pertemuan FARO di Nusa Dua digelar selama dua hari, 7 dan 8 September 2018. Pertemuan yang dihadiri sekitar 600 orang itu akan mempresentasikan makalah dari 27 negara.*
Baca juga: Penderita kanker payudara stadium awal bisa lewatkan kemoterapi, tapi ada syaratnya
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018