Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) akan menjaga pergerakan rupiah agar tetap berada dalam kisaran yang tidak melebar, karena gejolak pasar uang global akibat kasus gagal bayar perumahan di AS. Gejolak pasar uang global yang menekan rupiah membuat BI harus berada di pasar untuk mengantisipasinya agar volatilitas rupiah tidak melebar," kata Deputi Direktur Bidang Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Hendar MA usai diskusi panel tentang Pengembangan Kegiatan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM), di Banten, Rabu. Menurut dia, tekanan pasar global terhadap rupiah saat ini agak mengendor, namun kekhawatiran atas gejolak pasar uang global itu masih belum reda. Mengendornya gejolak pasar global itu mendorong rupiah menguat hingga di bawah posisi Rp9.400 (pukul 15.20) per dolar AS, katanya. Rupiah, lanjut dia sempat mencapai level Rp9.500 per dolar AS yang menimbulkan kekhawatiran masyarakat bahwa mata uang lokal itu akan berada dalam kisaran antara Rp9.700 sampai Rp9.800 per dolar AS. Namun dengan masuknya BI di pasar maka rupiah bisa bertahan dan mampu menguat hingga berada di level Rp9.390 per dolar AS, ucapnya. BI, menurut dia akan terus memantau pergerakan rupiah karena dikhawatirkan akan muncul gejolak lain dari pasar eksternal yang menekannya. Rupiah juga mendapat tekanan dari penarikan dana asing yang telah ditempatkan di pasar domestik yang diharapkan akan kembali masukm melihat pasar modal Indonesia mulai membaik, katanya. Ia mengatakan, kasus gagal bayar rumah berdampak luarbiasa karena hampir semua mata uang utama Asia merosot terutama Rupiah, bahkan bank sentral baik Amerika Serikat, Eropa dan Jepang telah mengeluarkan dana untuk mengantisipasi tekanan tersebut. Karena itu tekanan negatif pasar global terhadap rupiah yang mengakibatkan mata uang lokal itu terpuruk dinilai wajar, karena bukan hanya rupiah yang merosot, ucapnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007