Generasi melenial ini banyak maunya, makanya kami rancang festival seni yang dapat diterima oleh mereka

Jakarta (ANTARA News) - Kabupaten Lebak, Banten menggelar Festival Seni Multatuli selama empat hari di Museum Multatuli, Lebak pada 6-9 September.

Bupati Lebak Iti Octavia pada saat pembukaan festival, Kamis mengatakan festival ini mengambil gagasan Multatuli tentang keberagaman dan kemanusiaan, sebagai inti dari kegiatan tersebut.

"Resonansi dari semangat Multatuli 150 tahun yang lalu masih relevan dengan perjuangan masyarakat Lebak untuk melawan penjajahan yang sekarang dalam bentuk kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan," kata dia.

Dia berharap nilai-nilai kemanusiaan tersebut dapat ditularkan melalui festival ini dan menjadi kekuatan masyarakat Lebak untuk maju.

Selama empat hari festival itu, pemerintah Lebak bekerja sama dengan masyarakat, pemerintah pusat, serta seniman.

Mereka pun berupaya untuk menampilkan acara yang juga dapat dinikmati oleh kaum muda.

"Generasi melenial ini banyak maunya, makanya kami rancang festival seni yang dapat diterima oleh mereka. Jika memaparkan sejarah saja kepada mereka, pasti sulit diterima. Dengan bentuk yang berbeda, maka nilai-nilai kemanusiaan tersebut lebih dapat diterima," kata dia.

Dia harap festival tersebut dapat menarik penunjung dan juga menjadi ajang tahunan Kabupaten Lebak.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan Multatuli melalui karyanya telah mengabarkan hukum-hukum universal yang resonansinya menjalar bertahun-tahun melewati fragmen-fragmen kehidupan.

Menurut dia Festival Seni Multatuli 2018 ini memiliki keunikan dibandingkan dengan festival lainnya yaitu merespons gagasan Multatuli ke dalam bentuk-bentuk lainnya seperti teater, puisi, musik, seni rupa, bahkan opera.

"Festival Seni Multatuli esensinya adalah menjaga semangat humanisme itu dan memberikan kabar pada bentuk-bentuk seni lainnya," kata dia.

Dalam festival tersebut akan diadakan peluncuran buku puisi "Kepada Toean Dekker", simposium, teater, opera Sadjidah dan Saija dan Adinda , loka karya seni rupa bersama Dolorosa Sinaga dan lainnya.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018