Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) membuka pusat informasi gempa Lombok sebagai akses informasi masyarakat untuk menangkal hoax sekaligus tempat untuk pengaduan.

"Information Center ini sebagai sarana bagi segenap stakeholder yang ingin memperoleh informasi sejauh mana perkembangan sebaran bantuan Lombok yang dilakukan ACT, dan bagaimana menjangkaunya. Melalui tempat ini juga data keberadaan posko kita bisa diperoleh," kata Senior Vice President ACT Syuhelmaidi Syukur dalam keterangan pers yang diterima Antara, Kamis.

Information Center tersebut, lanjut Syuhelmaidi, berada di empat titik antara lain di Posko Induk ACT jalan Sriwijaya No 80 J, Mataram, Bandara Internasional Lombok Praya, Pelabuhan Lembar serta terakhir di lokasi Intergated Community Shelter (ICS), Desa Gondang, Lombok Utara.

Selain itu, information center ini juga bisa menjadi lokasi pengaduan masyarakat korban gempa yang sampai saat ini masih belum tersentuh bantuan.

"Bagi masyarakat termasuk media yang menemukan adanya daerah atau dusun yang belum menerima bantuan bisa disampaikan kepada kami untuk dilakukan assasment. Sehingga diharapkan pemulihan kehidupan masyarakat bisa dilakukan secara menyeluruh, dengan mengetahui titik yang belum tersentuh bantuan dan segera tertanggulangi," ujarnya.

General Manager Komunikasi ACT, Lukman Azis Kurniawan menambahkan bahwa para wartawan bisa memanfaatkan Information Center tersebut sebagai tempat berkumpul awak media dan berbagi informasi.

"Selain kami siapkan jaringan internet yang kuat, juga akan disiapkan sejumlah fasilitas penunjang berupa laptop, televisi, rilis setiap hari, AC, konsumsi hingga ruang konferensi pers. Silakan teman-teman wartawan yang sudah selesai meliput dari lapangan bisa datang ke media center kami untuk sekedar menulis berita dan mencari informasi data seputar kegiatan recovery pascagempa," katanya.


Pusat informasi

Kepala Cabang ACT NTB Lalu Muhammad Alfian mengatakan masyarakat bisa mengajukan permintaan bantuan lewat Information Center.

"Setelah adanya pengaduan masyarakat, tim ACT akan melakukan verifikasi di lapangan, jika sudah singkron dengan pengaduan yang masuk, terakhir barulah dilakukan implementasi penyaluran bantuan sesuai kebutuhan. Mekanisme ini berlaku bagi siapapun termasuk wartawan yang ingin mengadukan temuan lapangan," jelas Alfian.

Ditambahkannya, untuk mengatasi beberapa daerah belum mendapatkan bantuan akibat akses yang sulit, ACT saat ini dibantu oleh relawan dari sebuah komunitas motor trail.

"Selain kami memiliki 4 unit kendaraan off-road roda dua ini, ACT juga memiliki relawan dari komunitas trail yang siap membantu menyalurkan bantuan ke wilayah yang sulit dijangkau," ungkap Alfian.

Kordinator posko lapangan Sutaryo mengungkapkan, posko ACT saat ini sudah ada di semua kabupaten dan kota Se NTB termasuk di Sumbawa dan Sumbawa Barat.

"Sebanyak 183 posko sudah hadir disini dari Lombok hingga Sumbawa. Posko ini kemungkinan akan bertambah karena banyak daerah-daerah yang terlaporkan belum dijangkau," ungkapnya.

Dari 183 posko tersebut, lanjut Sutaryo, sebagian diantaranya adalah dapur umum. Didapur umum ini, para relawan ACT juga dibantu para ibu-ibu korban gempa.

Dengan dukungan ibu-ibu tersebut, menurut Sutaryo memiliki dampak positif bagi tahap recovery kejiwaan para pengungsi itu sendiri.

"Hal ini membuat masyarakat tidak merasa berada di pengungsian, karena menu makanan yang diperoleh masyarakat merupakan menu masakan sehari-harinya hasil olahan warga mereka sendiri," ungkapnya.

Melalui Information Center ini, ACT juga menginformasikan bahwa hampir merampungkan 160 unit shelter (hunian sementara) dari target 10.000 unit yang diprogramkan.

"160 unit diantaranya tahap pertama ini berlokasi di Dusun Gondang Kecamatan Gangga Lombok Utara,” ungkap Syuhelmaidi.

Shelter yang dibuat tersebut, lanjut Syuhelmaidi merupakan bagian dari mastering program recovery Lombok yang disebut integrated community Shelter (ICS).

"Dalam ICS ini selain hunian akan terdapat masjid, sekolah, taman bermain, mck dan lain-lain," ujarnya.

Selain ICS, shelter itu juga dibuat secara parsial di lahan-lahan milik korban gempa itu sendiri. Dengan begitu shelter ini menjadi satu kesatuan dari rumah permanen yang akan dibangun kembali oleh warga.

Hingga akhir bulan ini, diharapkan 1000 unit shelter rampung dibangun.

"Sehingga sebelum musim hujan tiba, saudara-saudara kita bisa menempati tempat yang layak,” tambahnya.

Pewarta: Monalisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018