Jakarta (ANTARA News) - Seperti teknologi lainnya, Internet of Things (IoT) yang mulai diterapkan di berbagai bidang ternyata juga memiliki kerentanan terhadap ancaman siber.

"Dengan menggunakan IoT, kita memang bisa memperbesar keuntungan. Tapi, masih ada celah keamanan yang bisa diincar oleh para peretas untuk mencari keuntungan dari industri yang sudah mengadopsi bidang IoT," kata Country Manager Check Point Indonesia, Danny Kurniawan, disela acara Virtus Showcase 2018, di Jakarta Rabu.

Cara kerja serangan siber pada IoT, menurut Danny, sama dengan yang terjadi pada perangkat teknologi lain. Sebagai contoh, dia menyebutkan malware Mirai Botnet yang berhasil meluluh lantahkan cctv di Libya.

Sementara itu, Jakarta yang telah menerapkan IoT melalui Smart City, juga ternyata tak lepas dari serangan siber.

"Tahun lalu 22 juta ancaman, kebanyakan ini mengambil data dari web," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Jakarta Smart City, Setiaji.

Meski demikian, Setiaji menegaskan bahwa data yang mereka miliki aman. "Kita sudah menyiapkan keamanan beberapa layer. Kita bisa cegah dengan block secara otomatis," ujar dia.

Lebih lanjut, Setiaji menjelaskan bahwa mereka memang membuka API Jakarta Smart City kepada pengembang aplikasi, namun data yang mereka bagikan ke publik itu merupakan data-data yang memang memiliki sifat terbuka secara ketentuan.

"Contoh di wilayah Jakarta berapa sih jumlah laki, jumlah perempuan, yang dibuka itu enggak usah dihack pun orang bisa ambil secara gratis," kata Setiaji.

"Yang krusial itu sebenarnya di level detail atau raw data, ada biometrik. Untuk saat ini penggunaan tersebut sangat secure, ada standar tertentu... kita gunakan ISO 27001," sambung dia.

Meski Smart City mengusung konsep open data, menurut Associate Consultant of IDC Indonesia, Muhammad Kamil Yunus, bukan berarti bahwa konsep ini lebih rentan terkena serangan siber.

"Yang harus diketahui adalah kebijakannya, tidak semena-mena orang bisa ambil data. Dan IoT itu bukan sensor terus masuk data. Ada step-step-nya, dan satu diantaranya adalah security. Jadi, security ini memang yang paling penting," ujar Kamil.

Saat ini, Setiaji mengatakan, Jakarta Smart City memiliki sekitar 3.000 data yang dibuka ke publik melalui website jakarta.go.id. Data tersebut meliputi 10 sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, lingkungan dan ekonomi.

Baca juga: Indonesia urutan buncit penerapan IoT di Asia Pasifik

Baca juga: Jakarta Smart City bakal luncurkan rancangan Safe City

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018