walaupun Sulut masih bergantung pada komoditas kelapa yang harga mengalami penurunan, namun masih bisa meningkatkan nilai ekspor dengan pelemahan rupiah tersebut.

Manado, (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) berharap pelemahan rupiah terhadap dolar saat ini bisa dimanfaatkan oleh eksportir untuk meraup devisa lebih banyak lagi.

"Di sisi lain pelemahan rupiah ini akan berdampak positif bagi pengekspor di Sulut, karena nilai jual akan lebih besar," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Soekowardojo di Manado, Rabu.

Dia mengatakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 25 poin menjadi Rp14.920 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.895 per dolar AS.

Kegiatan ekspor adalah penyumbang devisa terbesar bagi Provinsi Sulut maupun negara secara keseluruhan, sehingga sangat diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik.

Ia menjelaskan walaupun Sulut masih bergantung pada komoditas kelapa yang harga mengalami penurunan, namun masih bisa meningkatkan nilai ekspor dengan pelemahan rupiah tersebut.

Sehingga, pemerintah Sulut dan kabupaten kota perlu melihat kebijakan akan komoditas kelapa tersebut.

"Yang terpenting harga harus menguntungkan pabrikan dan tidak merugikan petani," jelasnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut Dr Ateng Hartono mengatakan nilai neraca perdagangan Provinsi Sulut yang diukur melalui penghitungan net ekspor (total ekspor dikurangi total impor) pada Juli 2018 surplus, senilai 57,39 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Dia menjelaskan nilai ekspor nonmigas Sulut pada Juli 2018 tercatat sebesar 71,33 juta dolar AS, sementara impornya senilai 13,94 juta dolar AS.

Komoditas ekspor nonmigas terbesar pada Juli 2018 yaitu lemak dan minyak hewan/nabati senilai 31,84 juta dolar AS atau 44,64 persen dari total ekspor.
Baca juga: Pemerintah rinci daftar peningkatan ekspor jangka pendek
Baca juga: Pengusaha sawit klaim seluruh devisa hasil ekspor dikonversikan rupiah

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018