Jakarta (ANTARA News) - Seringkali dalam suatu hubungan misalnya antara suami dan istri, entah istri atau suami mengeluhkan pasangannya kecanduan seks atau sebaliknya.
Namun, kondisi ini umumnya sebatas perbedaan ekspektasi, menurut psikolog dari Unika Atma Jaya Jakarta, Inez Kristanti, M.Psi.
"Saya temukan ternyata ekspektasi istri dan suami dalam hubungan berbeda. Suami ekspektasinya sekian sering, sementara istrinya sebaliknya, sehingga di mata istri, suaminya kecanduan. Sementara di mata suami, istrinya kurang bergairah," papar dia di Jakarta, Selasa.
Penanganan kondisi ini biasanya dengan memperbaiki komunikasi antara kedua belah pihak.
"Yang saya selesaikan adalah komunikasi antar pasangan. Saya maunya apa, dia maunya apa, seberapa sering. Ada yang namanya negosiasi. Hak saya ini, hak dia ini," tutur Inez.
Sebenarnya, saat ini dalam dunia psikologi belum ada diagnosa untuk menyebut seseorang mengalami kecanduan seks.
"Kecanduan seks belum jadi diagnosa tertentu pada saat ini. Orang yang kecanduan zat kalau tidak obat akan bereaksi semisal sakit. Nah apakah mereka yang kecanduan seks seperti itu? Itu masih menjadi perdebatan," tutur Inez.
Umumnya kecanduan seks baru perlu mendapat penanganan bila menganggu orang yang bersangkutan atau pasangannya.
Baca juga: Kecanduan seks disebut gangguan?
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018