Semua negara yang ingin membangun itu sama dengan perusahaan. Semua negara yang membangun butuh dana. Kalau tidak punya modal, maka kita harus meminjam. Negara mana saja menjalankan itu, cuma caranya beda

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto terkait hutang Pemerintah yang naik Rp1 triliun setiap harinya.

Wapres Kalla mengatakan hutang menjadi wajar dilakukan oleh sebuah negara, apalagi Indonesia yang sedang melakukan pembangunan infrastruktur.

"Semua negara yang ingin membangun itu sama dengan perusahaan. Semua negara yang membangun butuh dana. Kalau tidak punya modal, maka kita harus meminjam. Negara mana saja menjalankan itu, cuma caranya beda," kata Wapres Jusuf Kalla di Kantor Wapres Jakarta, Selasa.

Di Amerika Serikat, Wapres mengatakan, pinjaman dilakukan dengan mencetak dolar, sementara Pemerintah Jepang meminjam dari dana pensiun warganya. Sementara Indonesia, karena rupiah tidak laku di luar negeri, maka Pemerintah melakukan pinjaman uang kepada Band Dunia dan perbankan.

JK menegaskan kepemilikan hutang Indonesia bukan hal yang perlu dikhawatirkan, selama Pemerintah mampu membayarnya.

"Jadi bukan soal Rp1 triliun, (tetapi) mampu kita bayar atau tidak? Sekarang ini ya kita mampu membayarnya. Selama kita bisa bayar, bukan urusan T-nya (triliun), tapi kita bisa bayar atau tidak," tegas Wapres Kalla.

Terkait nominal hutang, JK mengatakan Kementerian Keuangan saat ini belum menghitung secara rinci total hutang yang dimiliki Pemerintah.

"Saya belum hitung seperti itu, tetapi memang jumlahnya (dhitung) per tahun, kita tidak hitung per hari. Ada tambahan Rp200 triliun, ada mungkin Rp300 triliun," katanya.

Sebelumnya, dalam peluncuran buku Paradoks Indonesia, bakal capres Prabowo Subianto mengatakan utang negara terus menerus naik, hingga mencapai angka Rp1 triliun setiap harinya.

Utang tersebut, menurut mantan Danjen Kopassus, dapat mengancam stabilitas perekonomian bangsa.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018