Sebagian besar masyarakat pecinta alam dan lingkungan di Tanah Air, barangkali tidak asing dengan nama Mapala UI atau Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia.
Nama ini, tidak lagi dimaknai sebagai sebuah kelompok semata, tetapi telah melembaga dengan berbagai kegiatan yang mengundang decak kagum.
Belum lama ini misalnya, tim Mapala UI didukung sejumlah pihak, melakukan kegiatan di Papua Barat bertajuk Ekspedisi Bumi Cenderawasih.
Fokus kegiatan yang dimulai sejak akhir Juli hingga Agustus ini, diarahkan kepada tiga ekspedisi, yakni melakukan uji coba paralayang di Danau Anggi, telusur gua. Keduanya di Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf). Sementara di Kabupaten Manokwari, sebuah tim arung jeram mencoba bermain-main dengan derasnya arus liar di Sungai Prafi.
Ekspedisi itu, boleh dibilang sukses. Tim paralayang, yang dikoordinir Agung Viandika, tidak mengalami hambatan berarti untuk menemukan titik "take off" dan "landing" di seputaran danau kembar Anggi. Uji coba terbang dilakukan baik solo maupun tandem, semuanya berhasil.
Tim paralayang yang didampingi instruktur profesional yang juga pendiri paralayang tandem di Puncak, Bogor, David Agustinus Teak, berhasil mengangkasa. Terbang menembus langit di atas danau kembar nan menawan itu, diperlihatkan dalam bentuk rekaman video dan dipertontonkan kepada para pejabat Papua Barat, termasuk Wakil Gubernur Mohamad Lakotani dan Bupati Pegaf, Yosias Saroy.
Sementara tim telusur gua yang dikoordinir Anindio Dwiputra, menemukan banyak gua di Distrik Testega. Dari rekaman video, tampak anak-anak Mapala UI itu, menembus jauh ke dalam rongga bumi yang belum pernah diketahui apalagi dimasuki pihak manapun.
Dari rekaman video, tampak para aktivis lingkungan dengan susah payah memasuki pintu gua dari yang yang sangat sempit dan membutuhkan keterampilan khusus untuk menembus jauh ke dalam perut bumi, hingga ke pintu yang lumayan besar. Menemukan, kekhasan gua-gua itu menjadi dambaan para mahasiswa petualang alam.
Seperti kebanyakan gua, stalagtit dan stalagmit dari bebatuan muda tengah berproses.
Tim juga merekam serangga endemik yang survive hidup di dalam gua dan anggrek khas Papua yang tumbuh. Sayang, karena waktu yang kurang tepat, tak terlihat ada anggrek yang tengah berbunga.
Kesuksesan serupa juga dicapai tim arung jeram yang dikoordinir Salsabilah Altje.
Mereka berhasil melakukan ujicoba pada jeram sejauh dua kilometer, dari yang berarus sedang hingga deras dan jeram ekstrem. Tim menyimpulkan bahwa Sungai Prafi layak jadi destinasi untuk pencinta lingkungan.
Ekspedisi yang dipimpin Fathan Qorib, akhirnya merekomendasikan kepada pemerintah Provinsi Papua Barat, pemerintah Kabupaten Pegaf dan Manokwari, untuk mengembangkan paralayang, telusur gua dan arung jeram bagi wisatawan yang memiliki minat khusus.
Ekspedisi menembus bumi, membelah langit, juga menyusuri arus liar sungai di belantara Papua itu, membuka mata parapihak di daerah itu, bahwa sesungguhnya, banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk wisata minat khusus.
Apalagi, perkembangan pariwisata global, mulai mengarah kepada wisata minat khusus, di mana para pelancong memacu bisa adrenalin untuk menjinakkan alam dengan tantangan ekstrem guna memenuhi hasrat sebagai petualang.
Wakil Gubernur Papua Barat, Mohamad Lakotani, setelah menyaksikan pemaparan tim ekspedisi Mapala UI, di kantor Gubernur Papua Barat, awal pekan ini, tampak kagum dan memberikan apresiasi luar biasa.
"Ini surprise, keren," ujarnya.
Dia menambahkan, pemerintah daerah berkomitmen membantu berbagai upaya untuk mengembangkan semua potensi yang ada, bagi kepentingan rakyat dan pembangunan daerah.
Wagub Lakotani menyatakan kekagumannya, karena dalam sebuah diskusi kecil sebelumnya dengan beberapa orang aktivis Mapala UI di Jakarta. Dia sempat menyampaikan keraguannya soal keberhasilan ekspedisi, terutama pengembangan potensi paralayang di Danau Anggi.
Namun, setelah melihat rekaman hasil ekspedisi yang mempertontonkan para pilot paralayang melakukan uji coba terbang, baik solo maupun tandem di atas danau kembar Anggi, ibu kota Kabupaten Pegaf, keraguan Wagub Lakotani hilang dan berganti menjadi optimistis.
Demikian juga dengan hasil ekspedisi telusur gua di Pegunungan Arfak. Dalam rekaman video tim ekspedisi menemukan banyak rongga bumi yang belum terjamah, tentu dengan kekhasan masing-masing dibandingkan dengan gua-gua di daerah lain.
Sementara pada ekspedisi arung jeram di Sungai Prafi, yang mudah diakses dari Kota Manokwari, tidak banyak mengalami hambatan. Bahkan, ekspedisi pada puncak musim kemarau di mana arus sungai tidak sederas musim hujan, tim masih bisa melakukannya dengan baik. Tentu, dengan tantangan medan yang khas Papua.
Persentase hasil Ekspedisi Cenderawasih itu dilanjutkan dengan diskusi untuk mempercakapkan, kemungkinan mengembangkan secara serius obyek wisata minat khusus dan sampai pada kesimpulan, jika masing-masing pihak memiliki komitmen kuat, maka segera mewujudkannya dengan aksi, karena sebagian besar persyaratan telah dipenuhi.
Apalagi, sektor pariwisata sudah terbukti, memberikan sumbangan besar bagi pembangunan bangsa ini.
Dengan temuan destinasi wisata minat khusus itu, maka sejatinya Papua Barat tidak saja memiliki obyek maritim di Raja Ampat yang eksotik itu, juga Teluk Triton di Kaimana dan Kepulauan Auri di Teluk Wondama.
Semenanjung Kepala Burung Tanah Papua itu, kaya akan obyek wisata. Tinggal kemauan pemerintah daerah, mulai dari melakukan promosi lewat berbagai instrumen media, terutama media sosial yang lagi booming peminat, membuka akses yang mudah ke destinasi, mempersiapkan masyarakat sekitar agar memiliki cara pandang berbasis wisata lingkungan dan sebagainya.
Mapala UI telah menyingkap banyak rahasia alam yang patut dimanfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dan mendongkrak pendapatan asli daerah.
Giliran berikut adalah pemerintah daerah harus mempersiapkan warganya seperti pelatihan menjadi guide, kerajinan cindera mata, melibatkan warga dalam menyiapkan infrastruktur pendukung seperti home stay dan sebagainya.
Soal peran masyarakat, para koordinator tim mengaku, mendapat bantuan dan apresiasi.
Di Anggi, warga takyub dan berebut memberikan hadiah noken atau cindera mata lainnya bagi pilot paralayang yang bisa melakukan landing di lingkungan warga. Sementara dalam ekspedisi telusur gua dan arung jeram, warga iklas menjadi penunjuk jalan menelusuri hutan belantara.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Papua Barat, Jaconias Sawaki berkomentar soal Ekspedisi Cenderwasih dengan mengatakan, sebagai provinsi konservasi, daerah ini membutuhkan sentuhan khas anak-anak Mapala UI, guna menyingkap tabir rahasia alam di wilayah paling timur Indonesia ini.
Kini, tabir itu telah dikuak. "Anak-anak" Mapala UI tentu senang sudah menemukan sejumlah aset wisata yang tak ternilai harganya. Namun akan menjadi lebih bernilai, jika semua itu bermanfaat bagi kemakmuran rakyat dan memajukan pembangunan daerah Papua Barat.
Baca juga: Tim ekspedisi Mapala UI jelajahi hutan TNLL
Baca juga: Mapala UI ekspedisi ke Gunung Masurai Jambi
Pewarta: Key Tokan A
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2018