"Ada penugasan ke Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri ESDM untuk membuat rincian dari rencana peningkatan ekspor..."
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah merinci daftar komoditas ekspor yang mampu untuk didorong dalam jangka pendek sebagai bagian dari upaya mengurangi defisit transaksi berjalan yang sempat melebar pada triwulan II-2018.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution ditemui di kantornya di Jakarta, Selasa, mengatakan rincian daftar menyangkut komoditas beserta tujuan ekspornya tersebut diharapkan tersedia dalam dua hari ke depan.
"Ada penugasan ke Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri ESDM untuk membuat rincian dari rencana peningkatan ekspor dengan matriks komoditasnya apa, tujuan ke mana, dan sebagainya. Diberi waktu dua hari," kata mantan gubernur Bank Indonesia tersebut.
Darmin mengungkapkan beberapa komoditas yang potensial untuk masuk dalam daftar tersebut antara lain batubara, hasil perkebunan, dan beberapa yang menyangkut industri manufaktur.
Upaya mendorong ekspor itu, lanjut dia, tetap harus mempertimbangkan kondisi perdagangan global yang masih belum pasti. Darmin mengatakan perlambatan ekspor saat ini hanya terjadi untuk tujuan Amerika.
"Kami identifikasi satu per satu, itu akan diumumkan sebagai langkah (peningkatan ekspor) yang akan dilakukan dalam jangka pendek," kata dia.
Pemerintah juga berupaya menekan impor sebagai salah satu langkah mengurangi defisit transaksi berjalan. Terkait hal tersebut, Darmin mengatakan bahwa isu yang dibahas antara lain menyangkut pajak penghasilan (pph) impor dan serapan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Terkait TKDN, sektor yang dibahas terutama menyangkut proyek kelistrikan karena termasuk yang paling tinggi konten impornya. Konten impor untuk proyek jalan dan jembatan, menurut Darmin, tidak terlalu tinggi.
Sebelumnya, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2018 mencapai 8 miliar dolar AS atau tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,2 persen terhadap PDB.
Sementara nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (4/9) pagi stagnan di level Rp14.810 per dolar AS dan cenderung rentan terdepresiasi.
Baca juga: Analis: Pergerakan rupiah masih rentan terdepresiasi
Baca juga: Ketegangan perdagangan global, dongkrak penguatan dolar tertinggi
Pewarta: Calvin Basuki
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018