Yogyakarta (ANTARA News) - Sekitar 25 guru SMA asal Jepang yang tergabung dalam `Central Executive Teacher and Liaison Staff`, Selasa mendatangi kantor Lembaga Bantuan Hukum Independen Yogyakarta, untuk menemui Mardiyem (78), mantan jugun ianfu (wanita penghibur pada masa penjajahan Jepang di Indonesia). Menurut Budi Hartono SH, kuasa hukum Mardiyem, kedatangan para guru SMA asal Jepang tersebut untuk meluruskan sejarah dan arti jugun ianfu. "Di Jepang sendiri terutama di kalangan siswa sekolah, arti jugun ianfu masih memunculkan beda pendapat," katanya. Dari diskusi para guru asal Jepang itu dengan Mardiyem, akhirnya disepakati sebutan `ugun ianfu diganti dengan seidorei (korban perbudakan seks pada masa Perang Dunia II). Sebutan seidorei adalah usul dari para guru tersebut, yang menurut mereka merupakan sebutan paling tepat bagi korban perbudakan seks pada masa PD II. Sebutan seidorei menggantikan jugun ianfu akan disebarluaskan melalui pelajaran sejarah di sekolah Jepang. Budi Hartono mengatakan, sampai sekarang pemerintah Indonesia belum memberi perhatian secara khusus pada nasib para mantan jugun ianfu termasuk Mardiyem. Kata dia, hampir semua mantan jugun ianfu saat ini hidup di bawah garis kemiskinan. Pertemuan antara para guru asal Jepang dan Mardiyem berlangsung dalam suasana haru, bahkan Mardiyem sempat menangis. Setelah berfoto bersama, para guru dari negeri `sakura` itu memberikan cinderamata kepada Mardiyem. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007