Jakarta (ANTARA News)- Kurs Rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Selasa sore melemah jauh di atas level Rp9.400 per dolar AS, karena kekhawatiran pelaku lokal terhadap krisis kredit perumahan (Subprime Mortgage) di AS masih belum berakhir.
Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp9.440/9.450 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.410/9.427 per dolar AS atau melemah 30 poin.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, mengatakan, para pelaku pasar menjelang penutupan sore cenderung lebih aktif membeli dolar AS yang menekan rupiah terkoreksi makin besar.
Rupiah yang berada di posisi antara Rp9.440 sampai Rp9.450 per dolar AS diperkirakan pada hari berikut akan terus tertekan hingga mencapai level Rp9.500 per dolar AS, katanya.
Menurut dia, tekanan negatif pasar global masih kuat belum berkurang sebagaimana yang diperkirakan sebelumnya, walaupun bank sentral AS (The Fed) telah menurunkan suku bunga diskonto sebesar 50 basis poin menjadi 5,75 persen namun
Selain itu juga The Fed bersama dengan bank sentral Eropa maupun Jepang telah melepas dana ke pasar uang untuk mengantisipasi tekanan negatif pasar finansial global yang terus meningkat, katanya.
Ia mengatakan, krisis "subprime mortgage" menyebabkan depresiasi rupiah dengan level fundamental Rp9.500 per dolar AS ke atas.
"Di pasar kini orang mulai bicara rupiah berada di level Rp9.500. Jika ada kejadian yang berpengaruh pada rupiah, kurs bisa anjlok ke level fundamentalnya Rp9.700. Namun pada akhir tahun diperkirakan kurs rupiah akan berada pada Rp9.300 dan Rp9.800 pada 2008," katanya.
Selain faktor fundamental nilai tukar rupiah yang berada pada Rp 9.700, pelemahan nilai aset keuangan juga disebutnya sebagai salah satu alasan menurunnya nilai tukar rupiah.
Ditanya penilaiannya atas langkah BI dalam menjaga volatilitas rupiah, ia menegaskan apa yang dilakukan bank sentral sudah tepat dengan melakukan "smoothing" pergerakan rupiah dengan terus aktif berada di pasar dan mendengar apa pendapat dari pasar.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007