Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah bank dari negara Eropa dan Amerika Serikat berminat medanai program pengembangan bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel di Indonesia. Ketua Tim Nasional Pengembangan BBN, Alhilal Hamdi, di Jakarta, Selasa, mengatakan bank Eropa tersebut antara lain AFB dari Perancis, sedang AS seperti Exim Bank of Amerika. Menurut dia, Exim Bank menawarkan bunga lunak, yakni London Interbank Offered Rate (LIBOR) plus satu persen dengan jangka waktu 15 tahun. Namun, bank AS itu mensyaratkan pengembangan BBN harus menggunakan barang asal Amerika atau produknya dijual ke Amerika. Sebelumnya, Japan Bank for International Cooperation (JBIC) juga menyatakan kesediaan mendanai proyek BBN. Bahkan, lembaga keuangan Jepang tersebut menyediakan dana tak terbatas. Menurut Hilal, dana bank-bank tersebut bisa disimpan dalam Green Energy Fund yang akan dikelola Departemen Keuangan. "Jadi, selain pemerintah, Green Energy Fund juga bisa dari dana-dana internasional, mulai dari JBIC, Perancis hingga AS dan juga swasta," katanya. Dikatakannya para pendonor Green Energy Fund dapat menunjuk manajer keuangan (fund manager) seperti Danareksa atau Bahana dalam pengelolaan dananya. "Nantinya, `fund-fund manager` itu yang akan menilai proposal pengembangan BBN. Jika layak, maka dana akan langsung dicairkan," katanya. Hilal mencontohkan proyek yang bisa didanai Green Energy Fund seperti perkebunan yang merupakan gabungan dana pemerintah dan swasta misalnya 40 persen pemerintah dan 60 persen swasta. Penyertaan pemerintah dalam proyek tersebut bisa berbentuk uang, penyertaan, atau pinjaman dengan tingkat bunga yang rendah. Timnas memperkirakan kebutuhan dana pengembangan BBN sampai 2010 mencapai Rp200 triliun. Dari kebutuhan dana itu, pemerintah menyiapkan Rp13-15 triliun, sedang sisanya dari swasta. Dana pemerintah di antaranya berasal dari subsidi petani plasma Rp1 triliun dan dana pembangunan infrastuktur Rp10 triliun. Pemerintah menargetkan, pemakaian BBN bisa mencapai lima persen dari "energi mix" pada 2009-2010. (*)
Copyright © ANTARA 2007