PBB, New York, (ANTARA News) - Kondisi Kemanusiaan di berbagai wilayah di Suriah tetap mengkhawatirkan, kata seorang pejabat senior PBB baru-baru ini.
Beberapa pekan belakangan ini telah menyaksikan bertambah buruknya kondisi kemanusiaan di bagian barat-laut Suriah, Sementara situai di wilayah lain tetap rumit, kata John Ging --Direktur Operasi dan Pemberian Saran di Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan-- kepada Dewan Keamanan.
Pemboman dan pemboman udara udara gencar dilaporkan terjadi di beberapa bagian Gubenuran Idlib, Aleppo, Hama dan Latakia, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi. Akibatnya ialah banyak warga sipil tewas dan terjadi kerusakan dan kehancuran prasarana sipil, dan makin menekan organisasi bantuan kemanusiaan serta masyarakat penampung yang rentan, kata Ging di dalam penjelasan kepada Dewan Keamanan pada Selasa (28/8).
Pada 10 Agustus, serangan udara terhadap Kota Kecil Urem Al-Kubra di Aleppo Barat dilaporkan telah menewaskan 41 warga sipil dan melukai lebih dari 70 orang lagi. Pada hari yang sama, beberapa bom dijatuhkan di Alteh dan Khan Sheikhoun di Idlib Selatan, sehingga menewaskan 12 warga sipil dan melukai puluhan orang lagi.
Pad 12 Agustus, sebanyak 67 orang dilaporkan tewas dan 37 orang lagi cedera, termasuk banyak perempuan serta anak kecil, ketika satu gudang senjata di gedung permukiman meledak di dekat Sarmad di pinggir Idlib, katanya.
Instalasi kesehatan diserang dan kegiatan belajar-mengajar dibekukan di beberapa daerah akibat pertikaian, kata Ging.
Berbagai organisasi kemanusiaan menanggapi kebutuhan di seluruh wilayah barat-laut Suriah, menyalurkan pengiriman bantuan lintas-perbatasan --yang berlanjut untuk menyediakan bantuan penyelamat nyawa buata ratusan ribu warga sipil yang tak bisa dijangkau melalui cara lain.
Sebanyak 680.000 orang menerima bantuan pangan dari Turki selama Juni saja, dan 254.000 orang menerima bantuan kesehatan selama priode yang sama, katanya.
Di bagian barat-daya, tempat Pemerintah Suriah telah merebut kembali kekuasaan atas sebagian besar wilayah Gunernuran Daraa, Quneitra dan Suwayda, kepulangan banyak orang yang telah menjadi pengungsi di dalam negeri mereka telah berlangsung, dan kurang dari 60.000 orang sekarang diperkirakan masih menjadi pengungsi di tiga gubernuran.
Namun, masih ada banyak keperluan kemanusiaan di wilayah itu dan PBB terus menyediakan bantuan melalui kemitraan dengan Bulan Sabit Merah Arab Suriah serta organisasi lokal lain, kata Ging.
Bantuan pangan telah diberikan buat lebih dari 390.000 orang, demikian juga dengan bantuan kebersihan, pendidikan dan tempat berteduh, serta layanan perlindungan, katanya.
Kondisi kemanusiaan masih rumit dan menjadi tantangan di bagian lain negeri itu, katanya.
Ging meminta Dewan Keamanan menjamin turunnya ketegangan di Idlib dan daerah sekitarnya, untuk menjamin akses kemanusiaan tanpa hambatan dan berkelanjutan, dan menjadi perlindungan warga serta prasaran sipil.
Satu skenario terburuk di Idlib akan menenggelamkan kemampuan dan memiliki potensi akan menciptakan kondisi darurat kemanusiaan pada tingkat yang tak pernah dilihat sepanjang krisis Suriah, ia memperingatkan.
Suriah tetap menjadi salah satu negara paling berbahaya di dunia buat pekerja kemanusiaan dan penyedia perawatan kesehatan. Banyak pekerja bantuan telah menjadi sasaran langsung dalam pekerjaan mereka atau dipaksa meninggalkan tempat tinggal mereka. Ratusan orang telah kehilangan nyawa mereka, kata Ging.
"Kami terus mengingatkan semua pihak dalam perang di Suriah mengenai kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional untuk melindungi dan menghormati personel bantuan kemanusiaan.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB bagi urusan Kemanusiaan Mark Lowcock berada di Damaskus untuk mengadakan pembicaraan dengan Pemerintah Suriah mengenai cara terbaik untuk meningkatkan reaksi kemanusiaan bersama di seluruh Suriah dan cara menjamin bahwa mereka yang sangat memerlukan diberi bantuan dan dilindungi.
Kunjungannya ke Suriah dilakukan berbarengan dengan kunjungan Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi Filippo Grandi.
Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2018