Jakarta (ANTARA News) - Pesta olahraga Asian Games 2018 sudah memasuki hari ke-13 dan negara mana yang menjadi juara umum juga sudah diketahui, siapa lagi kalau bukan China. Tetapi persaingan para atlet dari negara-negara di Asia untuk berebut medali emas belum berakhir.
Sebanyak 30 medali emas diperebutkan pada nomor-nomor final yang tersebar di 11 cabang olahraga pada Jumat, meliputi layar ada 10 emas, judo (5), balap sepeda track (4), sambo (2), loncat indah (2), sepatu roda (2), kemudian hoki, sepak bola putri, modern pentathlon, triathlon, dan bola tangan masing-masing menyediakan satu medali emas.
Kontingen Indonesia masih berjuang untuk menambah medali, kendati untuk meraih emas sudah semakin berat. Terbukti pada Kamis (30/8), tuan rumah hanya mampu menambah satu perak dari atletik nomor 4x100 meter estafet putra dan satu perunggu dari kano ganda putri jarak 500 meter.
Seretnya perolehan medali itu sudah bisa ditebak, mengingat cabang olahraga yang masih dipertandingkan di hari-hari terakhir jelang penutupan Asian Games 2018 ini bukan menjadi andalan Indonesia.
Sebut saja di cabang olahraga layar yang menyediakan 10 keping emas, atlet-atlet Indonesia yang berlomba di babak kualifikasi hingga menjelang putaran terakhir terlempar dari zona medali.
Begitu juga di judo --dipertandingkan di olimpiade-- tidak mampu berbuat banyak. Cabang olahraga ini menjadi andalan kontingen Jepang yang pada pertandingan sehari sebelumnya menyapu bersih empat medali emas.
Situasi serupa juga hampir dipastikan terjadi pada cabang olahraga lain, seperti balap sepeda track, loncat indah, sambo, modern pentathlon, triathlon, dan sepatu roda. Perlu "keajaiban" dan kekuatan lebih untuk bersaing dengan atlet dari negara-negara kuat dalam perburuan medali.
"Hampir semua kekuatan atlet sepatu roda turun di Asian Games, terutama Korea Selatan dan China. Peluang atlet kita fifty-fifty, semoga saja bisa menyumbang medali," kata pelatih tim sepatu roda Indonesia, Yudhi Heryadi, saat ditemui di arena sepatu roda Jakabaring Sport City, Palembang, Kamis (30/8).
Cabang olahraga sepatu roda menggelar dua nomor final jarak 20 kilometer putra dan putri. Tim Indonesia menurunkan empat atlet, masing-masing M Oky Ardianto dan Tias Andira (putra), serta Salma Falya Niluh Heryadie dan Alifia Meidia Namasta (putri).
Sementara itu, tiga olahraga permainan yakni bola tangan, hoki dan sepak bola putri akan menggelar laga perebutan medali emas.
Untuk bola tangan, tim putra Qatar menghadapi Bahrain. Kemudian final hoki putri mempertemukan Jepang dengan India, dan kesebelasan Jepang akan ditantang China pada final sepak bola putri di Stadion Jakabaring Palembang.
Pelatih tim Jepang, Takakura Asako, menyebut China merupakan salah satu tim dengan mental bertanding yang bagus dan tidak mudah menyerah.
"Tim ini (China) sepanjang pertandingan tidak kenal lelah, tidak mau menyerah dan selalu menyerang. Ini menjadi kewaspadaan bagi pemain-pemain kami," kata Asako.
Tidak jauh berbeda, pelatih tim China, Jia Xiuquan, juga melontarkan pujian kepada calon lawannya itu, terutama sisi pertahanan Jepang yang solid dan kuat.
"Mereka bermain sangat rapi, juga memiliki ketenangan saat bermain. Tidak heran jika Jepang menjadi salah satu tim putri terbaik di dunia saat ini. Bagi kami, menjadi suatu kebanggaan bisa bertemu Jepang di laga final," ujar Jia.
Timnas putri Jepang pernah menjuarai Piala Dunia pada 2011 di Jerman dan meraih medali perak Olimpiade 2012 di London. Tim Samurai juga tidak pernah absen meraih medali di arena Asian Games.
Sebaliknya tim putri China belum banyak berprestasi di tingkat Asia, apalagi dunia. Mereka pernah merebut perak di Asian Games 2002 dan terakhir juara Piala Asia 2006.
Dari catatan prestasi kedua tim itu, tidak salah jika tim putri Jepang lebih diunggulkan untuk meraih medali emas Asian Games 2018.
Pewarta: Didik Kusbiantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018