Jakarta (ANTARA News) - Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) kini terus menyelidiki asal kepemilikan senjata api yang digunakan Syam Ahmad Sanusi, salah seorang pelaku pembunuhan Direktur PT ASABA, Boedyharto Angsono."Sementara ini target operasi, yakni Syam Ahmad Sanusi, sudah selesai. Kemudian kita akan fokus pada asal kepemilikan senjata," kata Komandan Pomal, Brigjen (Mar) Sapardi, di Jakarta, Senin. Ia mengatakan, penyelidikan tentang asal muasal senjata milik Syam Ahmad Sanusi itu akan dikoordinasikan pula dengan Polisi Militer Angkatan Darat (Pomad) dan Angkatan Udara (Pomau), serta pihak kepolisian setempat dalam hal ini Kepolisian Resort (Polres) Pandeglang, Jawa Barat. Dalam penyergapan yang dilakukan pada Jumat (18/8) dini hari, aparat juga menemukan sejumlah barang bukti, seperti satu senjata jenis FN kaliber 45 non-organik, satu buah motor trail, satu sepeda gunung, satu jaket loreng marinir, satu stel jaket Pakaian Dinas Lapangan (PDL) TNI AD. "Senjata yang ditemukan tersebut bukan merupakan senjata organik yang biasa kami pakai. Jadi, kami perlu menyelidiki asal muasal senjata itu, termasuk kemungkinan senjata itu dipasok oleh angkatan lain. Kita akan berkoordinasi dengan angkatan lain untuk menyeidikinya," ujar Sapardi. Selain menyelidiki asal senjata milik Syam, Pomal juga menduga adanya beberapa orang yang ikut membantu pelarian Syam dari balik jeruji tahanan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) III Jakarta."Kemungkinan yang membantu Syam lebih dari satu orang. Akan ada penyelidikan lebih lanjut tentang ini?," katanya.Bagaimana pun, menurut dia, penemuan senjata dan atribut TNI dalam persembunyian Syam menguatkan dugaan adanya pihak-pihak yang membantu Syam. Penyergapan terhadap Syam diawali dengan pengamatan dan penyelidikan tentang keberadaan Syam sejak Mei 2007. Pada Kamis (16/8) didapatkan informasi bahwa Syam berada dalam sebuah gubuk di Desa Cilaja, Kampung Cibeunyi, Kabupaten Pandeglang, Banten. Tim Pomal Lantamal III yang terdiri dari tiga orang segera meluncur ke lokasi. Pada Jumat 17/8) pukul 03.00 dini hari, Tim Pomal melakukan penyergapan. Komandan tim, yaitu Letkol Laut PM Ananta mendobrak masuk, mengarahkan senter ke wajah Syam sambil mengatakan "Angkat Tangan!". Tanda diduga, ternyata Syam melakukan perlawanan. Terjadilah baku tembak selama 15 menit. Dalam aksi baku tembak itu, dua Marinir lain turut terkena timah panas, yakni Kopda POM Iwan Setiawan yang tertembak di lengan kanannya, sedangkan Lettu PM Dodi mengalami nasib yang lebih naas di mana sebutir peluru menembus perutnya dan melukai usus besarnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007