Jakarta (ANTARA News) - Rancangan Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (RUU Sisnas-Iptek) harus mampu memberi sokongan percepatan pembangunan melalui sentuhan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi, kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional /Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro

Bambang dalam Seminar Nasional Pembangunan Iptek untuk Kemajuan Bangsa di Gedung Bappenas, Jakarta, Kamis, mengatakan percepatan pembangunan ekonomi berbasis inovasi merupakan salah satu tahapan dalam pencapaian Visi Indonesia 2045.

Pada Skenario Pertumbuhan Ekonomi Tinggi (skenario optimistis), menurut dia, Indonesia diharapkan mampu keluar dari middle income trap dan menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2036. Selanjutnya, Indonesia diproyeksikan menjadi negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar ketujuh pada 2045.

Namun untuk mencapai target tersebut, ia mengatakan Indonesia harus tumbuh rata-rata 5,7 persen per tahun. Hal ini tentu saja hanya akan terjadi apabila penguatan struktur ekonomi dan percepatan pertumbuhan berbasis inovasi telah dilakukan.

Peranan iptek dan inovasi pada setiap tahapan pertumbuhan ekonomi nasional dibedakan sesuai fokus pembangunan pada periode yang bersangkutan. Pada tahap pertama yaitu 2016-2025, iptek dan inovasi difokuskan untuk proses perubahan struktur ekonomi ke arah yang lebih produktif.

Pada tahap kedua yaitu tahun 2025-2035, iptek dan inovasi dimanfaatkan sebagai penghela industri manufaktur melalui penciptaan produk-produk ekspor bernilai tambah tinggi. Terakhir, pada 2036-2045, iptek dan inovasi akan berperan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Pemerintah Indonesia merespons revolusi industri 4.0 secara baik melalui beberapa kebijakan yang terfokus pada peningkatan daya saing bangsa di tengah persaingan global. Dengan meningkatkan peran iptek, Indonesia akan memacu produktivitas dan secara langsung akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, ujar Bambang.

Setidaknya, terdapat delapan strategi untuk meningkatkan peranan iptek dan inovasi bagi pembangunan, pertumbuhan dan produktivitas nasional dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu Pusat Pengembangan Iptek dan inovasi di Kawasan Asia dan Dunia, antara lain Pembentukan Sistem Nasional Iptek dan Inovasi, serta inisiatif Dana Inovasi; Peningkatan kapasitas institusi dan Pembibitan SDM Iptek; Pengembangan teknologi berbasis potensi kewilayahan dan budaya.

Selain itu, Pengembangan penelitian sosial-humaniora untuk menunjang inovasi dan produktivitas di masyarakat; optimalisasi foreign direct investment (FDI) dan global value chain (GVC) sebagai sarana alih teknologi; pelembagaan Triple Helix; pembangunan infrastruktur pendukung research and development (R&D) yang bernilai strategis; dan penciptaan ekosistem yang kondusif untuk menumbuhkan technopreneur dan startup.

Dari strategi-strategi yang disebutkan tersebut, menurut dia, Sistem Nasional Iptek dan Inovasi merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh suatu negara yang ingin tumbuh dengan berbasiskan pada Iptek dan Inovasi.

Pada kesempatan yang sama hadir pula Ketua Panitia Khusus (Pansus) RUU Sisnas-Iptek Daryatmo Mardiyanto, dan Direktur Jenderal Perguruan Tinggi bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kemristekdikti Muhammad Dimyati.

Deputi Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Subandi Sardjoko, Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material Eniya Listiani Dewi, serta Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika-Kementerian Perindustrian Harjanto juga menjadi pembicara di diskusi panel pertama seminar.

Peran industri/pelaku Bisnis dan peneliti/ilmuwan dalam pembangunan Iptek menjadi topik yang dibahas pada diskusi panel kedua. Komisaris PT Regio Aviasi Industri Ilham Akbar Habibie, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo Soemantri Brodjonegoro serta Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Bidang Riset Fundamental sekaligus Penerima Habibie Award 2008 Herawati Sudoyo berbagi pandangan dan pengalaman praktik yang baik sebagai praktisi di bidang Iptek.

Pembahasan diskusi menjadi masukan bagi Kementerian PPN/Bappenas, Kemristekdikti, dan juga Pansus RUU Sisnas Iptek untuk memperkuat kebijakan yang terkait Iptek dan Inovasi di Indonesia. Selain seminar interaktif, acara ini juga turut diramaikan dengan pameran inovasi dari beberapa perguruan tinggi yaitu ITB, IPB, UGM serta Kementerian/Lembaga Iptek yaitu LIPI, BPPT, LAPAN, BATAN dan Dirjen Inovasi Kemenrisdikti.

Baca juga: UNESCO sebut Indonesia perlu investasi iptek lebih besar
Baca juga: 30 lembaga litbang berproses jadi Pusat Unggulan Iptek

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018