Jakarta (ANTARA News) - Kevin Sanjaya Sukamuljo tidak kuasa menahan air matanya setelah berhasil memenangi duel bersaudara melawan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto bersama pasangannya Marcus Fernaldi Gideon di Istora Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Selasa (28/8) lalu.
Kevin jarang menangis, meskipun sederet gelar juara sudah ia raih bersama Marcus yang akrab ia sapa dengan Koh Sinyo. Sebut saja All England, turnamen bulutangkis tertua dan paling bergengsi di dunia, yang dua tahun berturut-turut direngkuh (2017 dan 2018).
Kevin dan Marcus juga terpilih sebagai pemain putra terbaik tahun 2017 versi BWF berkat tujuh gelar juara Superseries yang mereka peroleh.
"Iya menangis karena dapat mukjizat dari Tuhan, ternyata Tuhan sebaik itu memberi hal yang nyaris mustahil. Harus menunggu empat tahun lagi kalau mau dapat emas Asian Games, itu juga belum pasti, jadi hari itu benar-benar merasa bahwa mukjizat itu nyata," kata Kevin dikutip dari rilis resmi PBSI, Kamis.
"Saya sampai sudah tidak bisa ngomong apa-apa, cuma menangis. Ini pertama kalinya saya sampai menangis kayak gitu. Sebelumnya saya tidak pernah menangis waktu juara," ujarnya.
Saat memainkan laga final, Kevin yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur ditonton langsung oleh ayahnya, Sugiarto Sukamuljo.
"Waktu saya ke warming up court selesai pertandingan, papa cuma peluk saya, bilang selamat dan terima kasih. Mama saya tidak bisa datang, jadi kasih ucapannya via whatsapp," ungkap Kevin yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara itu.
Sepanjang tahun 2018, Kevin dan rekan duetnya Marcus sudah meraih empat gelar juara sebelum mempersembahkan medali emas Asian Games 2018 untuk Indonesia, antara lain Indonesia Masters 2018, India Terbuka 2018, All England 2018, dan Indonesia Terbuka 2018.
Kevin mengaku begitu lega bisa menjadi juara di Asian Games 2018, gelar juara multi event pertama yang ia raih bersama Marcus.
"Pastinya seneng banget bisa dapat emas, akhirnya bisa juara major event, karena banyak yang bilang kami juaranya cuma turnamen superseries saja, tapi belum terbukti di major event," tutur penggemar Lin Dan itu.
Kevin/Marcus harus memainkan laga sengit untuk merebut gelar juara Asian Games 2018 dari teman-teman asramanya sendiri, Fajar dan Rian.
Fajar dan Rian memberi perlawanan kuat saat menghadapi ganda nomor satu dunia itu.
Kevin dan Marcus pun dibuat kerepotan oleh permainan mereka.
"Fajar/Rian benar-benar bermain pada peak performance mereka, malah melebihi. Fajar/Rian jarang membuat kesalahan sendiri dan benar benar saling mengisi," ungkap Kevin.
Setelah berhasil menuntaskan pertandingan dengan kemenangan, mereka berempat saling berpelukan. Ia pun mengatakan sesuatu kepada ganda peringkat sembilan dunia itu.
"Saya bilang, terima kasih untuk hari ini, kami benar-benar hoki, kalian main sangat baik," ujar Kevin yang satu kamar dengan Rian di asrama Pelatnas Cipayung.
Duet Kevin/Marcus selalu dipuji memiliki mental baja. Hal itu pun mereka buktikan saat nyaris kalah dari Fajar/Rian dan berhasil membalikkan keadaan.
"Kami selalu mencoba terus selama masih ada kesempatan. Jangan pernah menyerah sebelum lawan sudah menyelesaikan game, karena tidak ada yang tidak mungkin," jelas Kevin.
Tetapi bukan berarti atlet kelahiran Banyuwangi, 2 Agustus 1995 itu tidak pernah terpuruk. Kevin pun pernah mengalami masa-masa down.
"Tiap atlet pasti pernah mengalami masa down. Saya juga pernah waktu di klub Djarum di Kudus. Dulu saya main di nomor tunggal putra dan dianggap kurang berpotensi. Lalu saya akhirnya memutuskan jadi pemain ganda. Padahal waktu kecil kan saya maunya main dua-duanya," tuturnya.
Baca juga: Kado terindah ganda putra untuk sang pelatih
Baca juga: Ini pelajaran yang dipetik Fajar/Rian dari Marcus/Kevin
Baca juga: Minions sebut keberuntungan jadi faktor kemenangan
Baca juga: "All Indonesia Final" ganda putra dipersembahkan untuk Lombok
Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018