"Memang penyakit ini sangat berbahaya karena setiap ternak yang terserang tidak bisa diselamatkan...
Kupang (ANTARA News) - Kepala Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Danny Suhadi mengatakan pemerintah daerah telah memiliki peta jalan (road map) dalam menangani penyakit hog cholera yang menyerang babi di provinsi berbasis kepulauan itu.
"Kami sudah memiliki peta jalan, dan di situu ada sembilan langkah pencegahan dan pengendalian hog cholera di NTT," katanya kepada Antaranews di Kupang, Jumat, terkait penanganan hog cholera yang masih menjadi ancaman bagi peternak babi di daerah ini.
Langkah pertama yang diambil pemerintah adalah melakukan surveilans epidemiologi sebagai rangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan dalam pengumpulan, analisis, dan interpretasi data.
Setelah itu, menyampaikan informasi dalam upaya menguraikan dan memantau suatu penyakit yang sedang menyerang ternak babi.
Kegiatan surveilans epidemiologi ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi kelompok risiko tinggi, memahami cara penularan penyakit serta berusaha memutuskan rantai penularan.
Kedua adalah vaksinasi, kemudian peningkatan tindakan biosecurity di peternakan babi, serta pengawasan dan pengendalian lalu lintas ternak babi hidup dan produknya.
Kelima, peningkatan kualitas ternak babi bibit dan managemen perbibitan, peningkatan managemen pekan, kesehatan dan penyakit pada ternak babi, penguatan kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM).
Langkah kedelapan adalah pengembangan database peternakan babi di NTT, melalui optimalisasi Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional yang terintegrasi (SIKHNAS), monitoring serta evaluasi.
"Memang penyakit ini sangat berbahaya karena setiap ternak yang terserang tidak bisa diselamatkan, bahkan ternak sekitar pun ikut terserang," katanya.
Hog cholera dikenal sebagai Classical Swine Fever (CSF) atau sampar babi yang masuk ke Indonesia pada tahun 1995 melalui Sumatera Utara (Sumut).
Virus ini masuk ke NTT pada tahun 1998 di Kupang dan mulai 1999 menyebar ke Rote Ndao, Sabu Raijua, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah dan Sumba Barat serta Sumba Timur dan Kabupaten Flores Timur.
Mulai 2001-2017, virus ini mulai masuk dan menyerang ternak babi di Timor Tengah Utara, Malaka, Belu dan seluruh wilayah di daratan Pulau Flores, Alor dan Lembata.
Pada pertengahan tahun 2017 lalu, wabah hog cholera sempat menyerang ternak babi di Pulau Flores dan menewaskan sekitar 10.000 ekor babi milik petani dengan nilai kerugian mencapai Rp25 miliar.
Danny Suhadi berharap, upaya penanganan yang sedang dilakukan saat ini dapat mendorong tumbuhnya industri peternakan babi di NTT sehingga NTT dapat menjadi salah satu lumbung babi bagi Indonesia.
Baca juga: Jumlah babi kalahkan sapi di NTT
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018