"...kita tidak hanya terpaku walau di tengah sepi wisatawan"

Mataram (ANTARA News) - Pelaksanaan Sail Moyo Tambora 2018 yang dipusatkan di Pulau Sumbawa akan dijadikan momentum kebangkitan sektor pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) pascagempa bumi beruntun yang mengguncang daerah itu.

"Ini sebuah momentum menjadikan NTB, Lombok-Sumbawa, bangkit kembali setelah bencana gempa bumi," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Arif Toha Tjahjagama, di Mataram, Rabu.

Ia menegaskan, Kemenhub memberikan perhatian khusus untuk kegiatan ini. Hal ini berkaitan dengan wisatawan mancanegara (wisman) yang akan datang mayoritas menggunakan kapal pesiar ke perhelatan besar ini.

Apalagi, NTB merupakan tujuan wisata di Indonesia. Karenanya, menurut dia, untuk mempersiapkan kegiatan ini seluruh kementerian dan daerah ikut dilibatkan.

"Kami harap ini menjadi sail yang tersukses dari Sail Moyo Tambora sebelumnya," katanya.

Sebanyak 140 kapal yacht dipastikan akan mengikuti pelaksanaan Sail Moyo Tambora yang dilaksanakan di Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa, Hubbul Wathan, pada 9-23 September 2018, katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Moh Faozal, mengungkapkan hingga saat ini seluruh persiapan event Sail Moyo Tambora sudah mencapai 90 persen. Dimulai dari pembukaan hingga penutupan kegiatan.

"Semua sudah siap. Kalau pun masih ada, tinggal pembenahan dikit-dikit," katanya.

Menurut, Lalu Moh Faozal, event Sail Moyo Tambora ini merupakan ajang kebangkitan wisata di daerah itu di tengah musibah gempa bumi yang mengguncang Pulau Lombok dan Sumbawa.

"Kami tahu recovery pascagempa bumi penting, tetapi membangkitkan pariwisata NTB setelah gempa ini juga harus kita lakukan, sehingga kita tidak hanya terpaku walau di tengah sepi wisatawan," katanya.

Baca juga: Kemenhub lakukan tahapan persiapan sail moyo Tambora
Baca juga: Gubernur BI ungkap strategi pariwisata, hasilkan devisa 28 miliar dolar
Baca juga: Indonesia kembali gelar promosi pariwisata terbesar di Inggris

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018