Muara Teweh (ANTARA News) - Rumah betang (rumah adat suku Dayak) di pedalaman daerah aliran Sungai Barito wilayah Kabupaten Barito Utara (Barut) Kalimantan Tengah terancam punah. Saat ini rumah betang yang ada di pedalaman Kabupaten Barut hanya tersisa dua buah yaitu di Desa Tambau dan Karamuan Kecamatan Lahei, sedangkan rumah betang lainnya banyak yang hanya tersisa tiangnya saja seperti di Desa Benao. "Kondisi rumah betang yang masih ada tersebut sangat memprihatinkan karena usianya sudah tua, kalau tidak mendapat perhatian pemerintah dikhawatirkan beberapa tahun mendatang bisa punah" kata Sarita, warga Desa Nihan Kecamatan Lahei, Senin. Saat ini rumah betang Tambau yang berada di RT 01 Desa Nihan Kecamatan Lahei yang merupakan salah satu bangunan yang masih tersisa itu sudah tergolong tua, dibangun tahun 1918. Rumah betang memiliki panjang 50 dengan lebar 8 meter itu dihuni 17 kepala keluarga (KK) suku Dayak Malang dan merupakan bangunan pengganti setelah betang yang ada sebelumnya terbakar. Menurut Sarita yang juga menjabat Kepala Adat rumah betang Tambau itu, bangunan lama yang berusia dua abad lebih itu habis terbakar sehingga dibangun kembali dengan rumah betang yang ada sekarang. Beberapa tiang rumah bangunan lama dari kayu ulin masih tersisa dan kini dirawat bersama bangunan yang ada dan hampir setiap tahun selalu mendapat bantuan dari pemkab untuk merehab bangunan tersebut. "Bangunan betang yang lama dinding, atap dan lantainya terbuat dari kulit kayu pilihan," jelasnya. Rumah betang Tambau yang berada di pinggiran DAS Barito tersebut hampir setiap tahunnya selalu dikunjungi turis mancanegara di antaranya dari Amerika Serikat, Belanda, Filipina, China, Australia dan Jepang. Bahkan betang Tambau yang dijadikan salah satu tujuan wisata Kabupaten Barut itu pernah dikunjungi empat duta besar antara lain dari Denmark pada tahun 1992, China dan Jepang tahun 1994 dan Dubes Australia tahun 1997 lalu. "Para turis asing tersebut ada yang ikut menginap di rumah betang," kata tokoh Dayak Malang yang fasih berbahasa Inggris ini. Sementara itu rumah betang lainnya yang masih ada yaitu di Desa Karamuan yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, kini dihuni 15 KK dari suku Dayak Malang. Bupati Barut Ir H Achmad Yuliansyah mengatakan untuk menjaga kelestarian rumah betang yang ada di daerah ini pihaknya memprogramkan rehabilitasi bangunan yang ada guna menjaga dari kepunahan. "Saya minta kepada warga untuk tetap menjaga bangunan tersebut guna menjaga salah satu aset kekayaaan daerah dalam hal budaya," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007