Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi asing dari Dutsche Bank, Norbert Walter, mengatakan bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk menahan guncangan dari pasar finansial global akibat dari krisis subprime mortgage di AS. "Ini (guncangan di pasar finansial global) bukan sesuatu dimana ekonomi Indonesia tidak bisa mengatasi," katanya di Jakarta, Senin. Hal ini, menurut dia karena fundamental ekonomi Indonesia selama ini solid. "Pada kuartal dua 2007, pertumbuhan ekonomi 6,3 persen (YoY) tersebut merupakan kejutan menguntungkan dan cadangan devisa mencapai lebih dari 50 miliar dolar AS atau setara dengan dua kali hutang jangka pendek dan enam bulan impor,"katanya. Ia menilai penurunan nilai rupiah dan juga koreksi indeks harga saham di Bursa Efek Jakarta yang terjadi saat ini masih realistis karena adanya penilaian kembali aset di Indonesia yang dianggap mahal. Dan subprime mortgage yang terjadi menurut dia merupakan pemicu dari penilaian kembali terhadap aset-aset tersebut. "Masalah subprime mortgage telah menjadi pemicu bagi penilaian kembali resiko di pasar finansial, hal yang sehat yang merupakan representasi normalisasi setelah posisi investor yang selama ini terus memiliki posisi yang menyenangkan (meningkat terus)," katanya. Untuk itu menurut dia meski Rupiah turun lebih dari empat persen pada awal Juli 2007 dibanding pertengahan 2006 yang saat ini berada dikisaran Rp9.400 dan hampir menyentuh Rp9.500 menurut dia masih cukup realistis. "Jadi meski Indonesia termasuk negara yang mendapatkan akibat yang cukup keras dari guncangan tersebut, namun hal itu tidak sedramatis yang tampak," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007