untuk membom air ke lahan-lahan yang terdeteksi ada titik panas

Palembang (ANTARA News) - Sebanyak 15 unit helikopter pembom air disiagakan di Sumatera Selatan untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan karena sepanjang Agustus tercatat 240 titik panas sudah tersebar di Kabupaten Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir dan Muara Enim.

Ketua Posko Media Satuan Tugas Kebakaran Lahan dan Hutan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori di Palembang, Rabu mengatakan dari 11 unit helikopter itu, sembilan di antaranya khusus waterbombing dan satu khusus patroli, serta satu lagi bisa patroli dan waterbombing.

Selain itu, juga ada bantuan tiga helikopter dari Sinar Mas yang difokuskan untuk waterbombing dan satu bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang juga difokuskan untuk pemadaman kebakaran.

"Semuanya siaga di Lanud Palembang, dan beroperasi sesuai dengan arahan dari Satgas Karhutla. Saat ini fokus kami di OKI, OI, Muba dan Muara Enim," kata dia. Apalagi saat ini sedang berlangsung perhelatan akbar Asian Games XVIII di Palembang pada 18 Agustus-2 September 2018.

Selain menyiagakan sarana dan prasarana untuk terus membom air ke lahan-lahan yang terdeteksi ada titik panas, Tim Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan Sumsel juga terus melakukan teknologi modifikasi cuaca.

"Terlihat beberapa hari ini sudah turun hujan. Setidaknya membantu memadamkan api, namun memang dari pantauan kami masih terjadi kebakaran lahan, utamanya di OKI, OI, Muba dan Muara Enim," ujar dia.

Kepala Bidang Pelayanan Teknologi, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Sutrisno mengatakan sejak tanggal 30 Juli 2018 dilakukan kegiatan penanganan siaga darurat karhutla melalui penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC).

Kegiatan ini merupakan kelanjutan pelaksanaan TMC periode pertama tanggal 16 Mei sampai dengan 10 Juni 2018. Sedangkan periode kedua dimulai sejak tanggal 30 Juli dengan didukung dua pesawat Casa 212-200 milik TNI Angkatan Udara dan PT Pelita Air Service (PT PAS).

"Kegiatan TMC periode pertama (16 Mei-9 Juni 2018 ) telah dilakukan 32 sorti penerbangan, 32 ton bahan semai, dan dengan hasil air 270 juta m3. Selama kegiatan periode pertama hampir setiap hari terjadi hujan dengan intensitas bervariasi dari hujan ringan hingga lebat, sehingga selama periode pertama kelembaban tanah bisa terjaga dengan baik dan mampu meredam munculnya hotspot," kata dia.

Sedangkan kegiatan TMC periode kedua (30 Juli-28 Agustus 2018) telah dilakukan 32 sorti, dengan hasil air 46 juta m3. Selama periode kedua pertumbuhan awan relatif lebih sedikit dibanding pada periode pertama, namun beberapa kali telah dijumpai awan yang masih layak semai dan menghasilkan hujan.

"Selama seminggu terakhir pertumbuhan awan di Sumsel cukup baik, pelaksanaan penyemaian awan menghasilkan air hujan yang signifikan dan mampu mematikan hotspot yang signifikan. Berdasarkan prediksi, potensi pertumbuhan awan selama 2 minggu ke depan masih cukup baik, pelaksanaan penyemaian awan akan kita optimalkan terus," kata Sutrisno.

Baca juga: Teknologi BPPT sukses turunkan hujan di Sumsel
Baca juga: BPS : "Asian Games" bakal dongkrak pendapatan masyarakat Sumsel

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018