"Kalau sesuatu berakibat politik atau apa, tidak boleh"
Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Penerbangan Indonesia (INACA) Tengku Burhanuddin menilai penggunaan mikrofon di dalam kabin pesawat (PAS) boleh digunakan atas seizin kapten pilot (pilot in command) dan tidak bersinggungan dengan politik serta mengancam keselamatan.
"Kalau sesuatu berakibat politik atau apa, tidak boleh. Tetapi kalau seandainya tidak ada hubungan politisasi dan tidak mengancam keselamatan enggak apa-apa," kata Tengku usai pembukaan Indonesia Business & Charter Aviation Summit (IBCAS) 2018 di Jakarta, Rabu.
Pernyataan tersebut menyusul adanya seorang tokoh, yaitu Neno Warisman yang menggunakan mikrofon dalam kabin untuk menjelaskan keterlambatannya pada penerbangan Lion Air rute Pekanbaru-Jakarta dengan nomor penerbangan JT 297 pada Sabtu (25/8) lalu.
Menurut Tengku, meskipun menjelaskan perihal terkait keterlambatan, tetapi langkah Neno dalam menggunakan mikrofon menimbulkan kegelisahan penumpang, sebab yang bersangkutan sendiri merupakan salah satu tokoh kontroversial.
"Itu sesuatu yang berakibat kurang baik ke depan, tentu kurang bagus. Tapi kalau penerbangan haji, ada doa itu tidak ada masalah. Ada sesuatu kurang bagus itu tidak baik," katanya.
Sebetulnya, lanjut dia, penggunaan mikrofon dalam kabin pesawat diperbolehkan asalkan sudah mendapatkan izin dari kapten pilot, namun perlu diperhatikan terlebih dahulu akibat yang ditimbulkan kepada masyarakat.
Pasalnya, penggunaan mikrofon oleh penunpang bukan terjadi saat ini saja, sebelumnya juga ditemukan, salah satunya Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga menggunakan fasilitas itu dalam penerbangan Kartini Flight, serta penumpang yang melamar kekasihnya di dalam pesawat.
Baca juga: Dilarang! Penumpang gunakan mikrofon pesawat
Namun, menurut Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Pramintohadi Sukarno, hal itu melanggar ketentuan.
"Penggunaan PAS oleh penumpang dalam penerbangan Lion Air JT 297 melanggar Internal SOP maskapai Lion Air merupakan tindakan yang salah. Pilot in Command (PIC) maupun Cabin Crew serta penumpang telah melakukan kesalahan. Terhadap PIC dan Cabin Crew akan dilakukan tindakan tegas," jelas Praminto.
Sementara itu, Humas Lion Air Group Danang Mandala Prihartoro mengakui permintaan itu dikabulkan dan dizinkan oleh awak kabin yang bertugas di bagian depan.
"Penumpang tersebut memanfaatkan peralatan PA dimaksud untuk berbicara dan komunikasikan hal-hal yang ingin disampaikan kepada penumpang lainnya," katanya.
Danang mengatakan pada saat penumpang tersebut berbicara, waktu yang bersamaan ada penumpang lain yang mengambil gambar dan menyebarluaskannya setelah mendarat di Soekarno-Hatta.
Ia menegaskan persetujuan dan atau pemberian izin kepada seseorang yang bukan awak pesawat dalam menggunakan peralatan yang ada di pesawat dan yang hanya boleh dioperasikan atau digunakan oleh awak pesawat, tidak boleh terjadi.
"Persetujuan tersebut merupakan pelanggaran ketentuan pengoperasian pesawat perusahaan dan peraturan perusahaan. Lion Air sudah mengenakan sanksi kepada awak pesawat baik penerbang dan awak kabin yang memberikan izin penggunaan peralatan PA, berupa tidak boleh terbang atau grounded. Kejadian tersebut juga telah kami laporkan ke Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub," kata Danang.
T.J010/
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018