Jakarta (ANTARA News) - Meski pada akhirnya harus kalah dari Xinyan Zhang asal China yang menjadi lawannya di partai final di Lapangan Panahan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, 28 Agustus 2018 dengan skor 3-7, Diananda Choirunisa tetap mengukir sejarah baru bagi olahraga panahan tanah air karena ia menjadi pemanah Indonesia pertama yang mampu menjadi finalis untuk nomor perorangan di ajang Asian Games.

Dalam catatan sejarah keikutsertaan di Asian Games, cabang olahraga panahan memang pernah beberapa kali menyumbang medali perak untuk kontingen Indonesia. Terrakhir kali tim merah putih merebut medali perak pada Asian Games 1994 di Hiroshima, Jepang melalui nomor beregu recurve putri. Ketika itu, trio srikandi Indonesia, Dahliana, Rusena Gelanteh, dan Purnama Pandiangan merebut medali perak usai kalah dari tim China di partai final.

Sebelumnya, tim panahan Indonesia juga mampu meraih medali perak di nomor tim recurve putra pada Asian Games 1982 di New Delhi melalui trio Tatang Ferry Budiman, Suradi Rukimin, dan Donald Pandiangan.

Sementara untuk perolehan medali pertama bagi Indonesia tercatat pada pelaksanaan Asian Games 1978 di Bangkok, Thailand melalui trio Adang Adjidji, Siddak Jubadjati, dan Donald Pandiangan.

"Alhamdulillah, mudah-mudahan empat tahun ke depan bisa kembali ke final dan mempersembahkan medali emas bagi Indonesia," kata Diananda Choirunisa terkait sejarah yang baru saja dicetaknya.

Meski telah mencetak sejarah bagi panahan Indonesia, atlet kelahiran 16 Maret 1997 itu tetap tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya karena gagal mempersembahkan medali emas di hadapan masyarakat Indonesia.

Diananda mengakui kendala yang dihadapi pada babak final itu bukan hanya masalah mental tapi juga kondisi angin yang cukup kencang sehingga sulit diantisipasi. Khusus untuk masalah mental, dirinya juga berharap timnas kedepannya dapat menjalani lebih banyak agenda "try out". Jam terbang yang lebih banyak dan bisa merasakan lebih banyak kompetisi dinilai akan membuat kualitas dan kemampuan atlet lebih maksimal.

"Rasanya perasaan kecewa itu pasti, tapi tidak apa-apa. Untuk lawan di final, juga secara rangking berada di atas saya," sebut cewek yang memiliki berat badan 55 kg itu.

Baca juga: Tim panahan Indonesia kecewa hanya sumbang perak

Baca juga: Indonesia raih perunggu kejuaraan dunia panahan di Shanghai

Prestasi Diananda di Asian Games tentu tidak membuat ia berpuas diri. Atlet yang bergabung dalam klub Srikandi Archery School Surabaya itu akan kembali fokus untuk lmeningkatkan kemampuan dan kualitasnya demi meraih hasil yang lebih baik. Salah satu target dari mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur itu adalah ingin menembus atau berlaga di ajang paling bergengsi yakni Olimpiade 2020 di Jepang.

"Target saya selanjutnya bisa berlaga di Olimpiade 2020 dan tentunya lebih berprestasi di SEA Games 2019," ujarnya .

Diananda sendiri menilai ajang Asian Games layaknya Olimpiade mini sehingga setiap atlet akan berupaya mencari pengalaman dan memperkuat mental sebelum berlaga di olimpiade yang merupakan ajang multi even terbesar di dunia.

"Untuk perolehan medali di Olimpiade 2020, yang penting kita berusaha untuk mewujudkan.Kita harus berjuang dan tidak ada sesuatu yang tidak mungkin, olahraga itu serba mungkin," katanya.

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018