Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Senin pagi melemah, karena pelaku pasar masih membeli dolar AS, meski aksi beli berkurang setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, menurunkan suku bunga repo. Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp9.423/9.428 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp9.410/9.420 per dolar AS. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan penurunan suku bunga repo oleh The Fed memberikan pengaruh positif terhadap pasar uang global, sehingga mendorong pasar saham regional menguat. Karena itu, tekanan pasar negatif terhadap rupiah agak berkurang, sehingga kemerosotannya tidak begitu besar, katanya. Rupiah, lanjut dia, bahkan sempat berada di level Rp9.415 per dolar AS atau melemah hanya lima poin, namun tekanan itu kembali menguat hingga posisinya sampai di level Rp9.423 per dolar AS. Dengan makin berkurangnya tekanan pasar dan membaiknya bursa Wall Street yang memicu yen menguat terhadap dolar AS, maka diperkirakan pada sore nanti rupiah akan terus membaik, katanya. Menurut dia, rupiah diperkirakan akan terus mendapat dukungan positif pasar dan mulai kembali membaik, setelah Bank Indonesia (BI) masuk pasar dan mempergunakan cadangan devisa untuk mengawal rupiah agar tak terpuruk lebih jauh. "Kami optimis BI akan terus memantau pasar uang domestik agar rupiah kembali membaik, setelah sempat mencapai level Rp9.500 per dolar AS," katanya. Mengenai yen yang menguat, ia mengatakan yen mendapat dukungan dari para eksportir, meski sebagian masih menunggu aksi The Fed yang telah menurunkan bunga repo. Dolar AS terhadap yen turun menjadi 113,68 dibanding hari sebelumnya 114,20, ero melemah 0,15 persen jadi 153,85 yen dan ero terhadap dolar AS jadi 1,3480 dari 1,3485. Para eksportir Jepang melepas dolar AS pada level 115,00 yang menekan mata uang asing itu sehingga memicu yen menguat tajam. Namun para pelaku pasar mengatakan masih terlalu pagi bahwa pasar uang global mulai membaik, karena itu kekhawatiran terhadap pasar uang global masih ada. (*)
Copyright © ANTARA 2007