Jakarta (ANTARA News) - Sekularisasi tidak membuat agama mengalami kematian, tetapi sebaliknya mendapat momentum baru yang sering disebut sebagai kebangkitan agama, kata Pakar Politik Prof Dr Azyumardi Azra. "Teori sekularisasi yang tumbuh sejak masa pencerahan berargumen bahwa modernisasi pasti menghasilkan sekularisasi yang mengakibatkan kemerosotan atau bahkan matinya agama dan membuat agama tak relevan lagi dalam kehidupan," katanya di Jakarta, Senin. Argumen tersebut, misalnya seperti diakui Peter L Berger, ternyata keliru karena meski modernisasi pasti menimbulkan dampak sekularisasi, namun pada saat bersamaan gerakan "counter-secularization" juga terus menguat, katanya. Ketika institusi-institusi terkait keagamaan tertentu mengalami kemerosotan, ujarnya, berbagai bentuk kepercayaan dan praktek keagamaan lain juga bertahan, bahkan pemahaman baru lengkap dengan institusi baru juga terus bermunculan. "Hasilnya adalah kemunculan teologi yang relatif kompatibel dan mendukung modernisasi," kata Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah itu. Menguatnya "gerakan counter-secularization" juga tak hanya terjadi di negara berkembang atau dunia Muslim, tetapi juga di negara-negara maju yang dikenal sebagai penggerak modernisasi dan sekularisasi. Ia mencontohkan bangkitnya kelompok "neo-conservative" yang semakin menguat dalam kancah politik AS dan sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri AS terhadap belahan dunia lainnya. Dalam konteks hubungan internasional dan antarperadaban, menurut dia, yang perlu diwaspadai adalah terjadinya benturan antara kekuatan "neo-cons" yang pada dasarnya ada di setiap agama. Jika benturan mengambil bentuk kekerasan, maka bisa berdampak fatal bagi kemanusiaan seperti yang sudah dirasakan beberapa tahun terakhir, karena itu seharusnya setiap kelompok agama harus menempuh cara-cara damai untuk menghindari benturan, tambahnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007