Jakarta (ANTARA News) - Aura bangunan bersejarah Istana Olah Raga atau Istora Gelora Bung Karno Senayan seakan mampu membiuskan pengaruh magisnya terhadap tim bulu tangkis tuan rumah yang akhirnya mampu memberikan kabar gembira bagi Indonesia.

Raihan total dua medali emas, dua perak dan empat perunggu menjadi bukti bahwa tim bulu tangkis Indonesia sudah memberikan penampilan maksimal di ajang pesta olah raga paling bergengsi di Asia tersebut.

Total medali yang diperoleh tim bulu tangkis Indonesia itu bahkan lebih banyak dibanding China dengan total enam medali, meskipun perolehan medali emas China lebih banyak yaitu tiga emas.

“Perolehan medali memang melebihi target karena sebelumnya kami hanya memasang target dua emas. Itupun prediksi kami meleset meskipun jumlah yang diperoleh tetap sama, dua emas,” kata Manajer Bulu Tangkis Indonesia di Asian Games 2018 Susy Susanti.

Raihan dua medali emas masing-masing dipersembahkan oleh pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dari nomor ganda putra dan kejutan emas dari Jonatan Christie yang turun di nomor tunggal putra.

Medali emas dari nomor tunggal putra tersebut juga menyudahi paceklik medali emas Asian Games sejak Taufik Hidayat mempersembahkan emas dari Asian Games Busan 2002.

Baca juga: Jojo tuntaskan target emas bulu tangkis

Sedangkan dua medali perak berasal dari ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto serta nomor beregu putra, dan medali perunggu berasal dari nomor beregu putri, ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan tunggal putra melalui Anthony Sinisuka Ginting.

Sebelumnya, tim bulu tangkis Indonesia banyak berharap memperoleh emas dari nomor andalan Indonesia yaitu dari ganda campuran melalui Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir serta dari ganda putra melalui Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Namun, target dari nomor ganda campuran meleset setelah Owi/Butet hanya bisa bertahan hingga babak semifinal dan harus puas dengan medali perunggu.

Namun, Marcus/Kevin tetap dapat memenuhi target meraih medali emas setelah mengalahkan rekan senegara Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Susy bahkan menyebut, terjadinya “All Indonesian Final” di Asian Games tersebut di luar perkiraan semua pihak.

Baca juga: Minions sebut keberuntungan jadi faktor kemenangan

“Setelah 44 tahun, akhirnya terjadi lagi 'All Indonesian Final' di ganda putra Asian Games. Ini sebuah prestasi,” katanya.

Bagi Susy, tidak ada ganda putra yang menang atau kalah dalam pertandingan final Asian Games 2018 karena seluruhnya adalah pemain Indonesia dan keduanya mampu menampilkan permainan terbaik yang dimiliki.

Sedangkan untuk ganda campuran, lanjut Susy, memang meleset. “Tetapi, yang tidak disangka-sangka justru muncul dari tunggal putra. Bahkan di nomor ini hampir terjadi 'All Indonesian Final',” katanya.

Pada nomor ganda putri, Susy menyebut, perolehan medali perunggu sudah sesuai target.

“Namun yang perlu mendapat apresiasi tersendiri adalah penampilan pemain tunggal putri, khususnya Grego (Gregoria Mariska Tunjung) meskipun belum mampu menyumbang medali untuk nomor perorangan,” kata legenda bulu tangkis Indonesia itu.

Menurut peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu, Grego tampil cukup cemerlang di nomor beregu putri saat diturunkan sebagai tunggal pertama dengan mengalahkan sejumlah pemain yang memiliki peringkat jauh di atasnya.

Saat ini Gregoria menduduki peringkat 22 dunia dan tidak ada lagi pemain bulu tangkis putri Indonesia yang memiliki peringkat dunia lebih baik daripada Grego.

Baca juga: Rudy Hartono bangga dengan keberhasilan Jonatan

“Artinya, dapat disimpulkan bahwa semua sektor atau nomor yang dipertandingkan di Asian Games ini memberikan hasil yang cukup baik,” katanya.

Perolehan medali bulu tangkis pada Asian Games 2018 juga lebih baik dibanding perolehan medali pada ajang yang sama empat tahun lalu saat digelar di Incheon, Korea.

Tim bulu tangkis Indonesia mempersembahkan masing-masing satu medali emas dari nomor ganda putra dan ganda putri, satu medali perak dari nomor ganda campuran, serta satu medali perunggu dari nomor ganda putri.

Meskipun sudah memperoleh hasil yang cukup baik di semua sektor, Susy meminta seluruh pemain tidak terlena dengan hasil yang diperoleh dan tetap giat berlatih serta mengikuti berbagai kompetisi untuk mengasah kemampuan dan menambah pengalaman serta jam terbang.

Ia menyebut, pencapaian puncak seorang atlet dapat diukur dengan hasil yang diperoleh pada Olimpiade.

“Puncaknya adalah meraih prestasi di Olimpiade. Yang paling dekat adalah Olimpiade Tokyo 2020,” kata Susy.

Namun demikian, lanjut dia, untuk bisa tampil di ajang Olimpiade membutuhkan persiapan jangka panjang yang sudah harus segera dimulai.

“Tahun depan, sudah akan dilakukan persiapan untuk berlaga di Olimpiade. Tidak semua atlet bisa terpilih karena harus dilakukan seleksi,” katanya.

Pengaruh bangunan berusia 57 tahun, Istora, sepertinya tidak hanya membius para pemain, tetapi juga suporter fanatik bulu tangkis yang selalu memenuhi gedung berkapasitas 7.110 orang itu, untuk memberikan dukungan mereka kepada pemain yang tampil.

Baca juga: Suka buka baju, Jonatan Christie: itu spontan saja

Teriakan dan yel-yel dari ribuan suporter yang selalu memenuhi Istora juga seakan menjadi mantra bagi pemain-pemain tuan rumah untuk memaksa diri menampilkan permainan terbaik yang dimiliki.

“Tidak ada suporter dari negara manapun yang memberikan dukungan seperti penonton Indonesia. Mereka adalah penonton-penonton yang luar biasa,” kata Susy.

Sementara itu, perhelatan Asian Games yang diikuti dengan pencapaian prestasi yang gemilang dari bulu tangkis juga melahirkan idola baru, salah satunya Jonatan Christie.

Jonatan yang tampil di nomor tunggal putra tersebut dikenal memiliki ritual melepas kaosnya yang basah karena keringat saat istirahat pergantian gim. Aksi tersebut sudah dapat dipastikan akan langsung disambut teriakan histeris dari kaum hawa yang memenuhi Istora.

“Harapannya, akan banyak orang yang semakin mengenal dan menyukai bulu tangkis,” kata sang idola baru.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018