Komunikasi yang baik antara mahasiswa dan dosen akan menumbuhkan kepercayaan dan memudahkan untuk memerangi masalah radikalisme di lingkungan kampus, kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius di hadapan 2.817 mahasiwa baru Universitas Pancasila, Jakarta, Senin.
"Kami minta dosen untuk tidak acuh terhadap mahasiswanya. Dosen juga harus ikut berperan aktif untuk mendeteksi," kata mantan Sekretaris Utama Lemhanas RI ini.
Para mahasiswa juga diharapkan bisa mengidentifikasi dan bahkan memberikan solusi kepada dosennya bila menemukan hal-hal yang agak menyimpang yang ada di lingkungan kampusnya.
"Jika pihak kampus tidak bisa, laporkan kepada kami (BNPT), nanti kami akan ikut asistensi,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Menurutnya, jika terjadi hal yang tidak diinginkan, misal terjadi penyebaran radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus, maka rektor juga patut disalahkan.
"Beberapa waktu lalu saya juga sudah bilang sama Menristekdikti, peran rektor itu sangat besar, apa yang terjadi di kampus itu tanggung jawab rektor. Jika tidak mampu mengelola kampusnya maka rektornya diganti saja," tuturnya.
Menurut mantan Kepala Divisi Humas Polri ini, selama ini para mahasiswa menjadi sasaran target "cuci otak" dari kelompok radikal teroris.
"Karena para anak-anak muda ini emosionalnya masih belum stabil, sementara keingintahuannya terhadap sesuatu itu sangat tinggi. Jadi, mahasiswa ini salah satu sasaran kelompok teroris untuk dipengaruhi lalu direkrut," ujarnya.
Rektor Universitas Pancasila Prof. Dr. Wahono Sumaryono mengaku senang atas kehadiran Kepala BNPT memberikan pencerahan tentang radikalisme dan terorisme mahasiswa baru di kampusnya.
"Dengan penjelasan Kepala BNPT tadi maka kita semua wajib mewaspadai karena radikalisme, terorisme, dan sebagainya itu bisa jadi sulit dideteksi kalau itu menjadi bagian dari ideologi," ujarnya.
Baca juga: Kepala BNPT sebut mahasiswa baru rentan terpapar radikalisme
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018