Kami membawa pemuda dari Temanggung yang berhasil menciptakan drone penyemprot tanaman yang diberikan nama `Hope` untuk diperkenalkan kepada petani di LampungBandarlampung, 27/8 (ANTARA News) - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian memperkenalkan drone penyemprotan tanaman kepada petani di Lampung.
"Kami membawa pemuda dari Temanggung yang berhasil menciptakan drone penyemprot tanaman yang diberikan nama `Hope` untuk diperkenalkan kepada petani di Lampung," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Pertanian Momon Rusmono, di Bandarlampung, Senin.
Ia menyebutkan, alat tersebut difokuskan untuk penyemprotan air, pestisida atau pupuk untuk lahan maupun tanaman yang dapat dikendalikan.
Menurutnya, dengan menggunakan alat tersebut dapat menyemprot tanaman atau lahan seluas lima hektare dalam waktu satu jam.
"Berapa banyak waktu dan tenaga yang bisa dihemat," katanya.
Pihaknya berminat untuk menggunakan drone tersebut yang dapat digunakan sebagai alat pertanian. Namun demikian masih menunggu sertifikasi SNI atau ISO untuk alat tersebut.
Menurutnya, secara prinsip Kementerian Pertanian tak bisa membendung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, apalagi saat ini ada revolusi 4.0.
"Jika proses SNI maupun ISO telah selesai, kami melalui Dirjen Sarana dan Prasarana Pertanian Kementan akan menggunakan alat tersebut dan disebarkan kepada petani agar proses pengolahan lebih cepat," ujarnya.
Koordinator "Drone Hope" Ganit Lingga Rantika mengatakan bahwa pembuatan drone tersebut berawal dari visi dan misi Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah berupa meningkatkan budi daya pertanian.
"Pembuatan drone sendiri sejak setahun lalu atas bimbingan Letkol Yusuf Setiaji," katanya.
Ia menjelaskan, drone penyemprot tanaman tersebut dapat mengangkut tangki berkapasitas 15 hingga 55 liter dan mampu menyemprot tanaman seluas lima hektare dalam satu jam.
Ganit menambahkan, pihaknya akan memproduksi massal teknologi drone tersebut dan beberapa perusahaan baik dari dalam maupun luar negeri telah berminat membeli drone untuk penyemprot tanaman tersebut.
"Permasalahannya saat ini bahan untuk membuat drone tersebut sebagian besar impor dari China. Pembuatannya hanya membutuhkan satu hingga dua minggu," katanya.
Selain itu, Ganit menambahkan, pembeli terutama dari luar negeri menginginkan drone tersebut telah tersertifikasi SNI atau ISO. "Ada peminat dari Vietnam, tapi mereka mengingingkan alat tersebut ada sertifikasinya,` tambahnya.
Demonstrasi Drone Hope tersebut berlangsung di lahan Balai Pelatihan Pertanian Provinsi Lampung disaksikan oleh pejabat Kementerian Pertanian, BPP Lampung serta petani setempat.
Baca juga: Anak bangsa ciptakan drone untuk angkut barang
(T.A054/B/A025/C/A025) 27-08-2018 18:46:31
Pewarta: Agus Wira Sukarta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018