"Warga binaan itu punya potensi untuk dimanfaatkan setelah dilatih menjadi tenaga terampil dan itulah menjadi bagian yang akan digunakan nanti pada saat kita membangun," kata Syarif di sela pelatihan jasa konstruksi kepada 100 warga binaan Lapas Klas I Gunungsari Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.
Menurutnya, pembangunan di Indonesia saat ini sangat cepat, utamanya di bidang infrastuktur, sehingga kecenderungannya sebagai pelaksana memiliki banyak sekali tantangan karena tidak disertai dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM).
"Sumber daya tersebut dibutuhkan di mana-mana, tetapi jumlahnya tidak banyak. Maka salah satu cara peningkatan SDM dengan melaksanakan pelatihan ini yang diharapkan bisa menambah kebutuhan jasa konstruksi itu," katanya.
Bahkan, Presiden Joko Widodo sudah membuat program peningkatan SDM dengan berbagai cara di setiap kementerian, salah satunya dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan pengembangan SDM.
"Potensinya ada, tinggal dilatih kemudian kita akan manfaatkan. Bahkan mereka yang sudah mengikuti pelatihan di Lapas Nusakembangan tahap pertama sudah bekerja di PT Brantas Abipraya. Program pelatihan ini berjalan lima tahun sesuai dengan MoU bersama Kementerian Hukum dan HAM," kata Syarif.
Menurutnya, pelatihan ini akan meruntuhkan stigma negatif masyarakat kepada mantan warga binaan. Mereka nantinya akan dibutuhkan dalam bidang jasa konstruksi karena telah mendapatkan pelatihan keterampilan dan punya profesionalisme untuk memberikan bukti nyata di lapangan.
"Kalau warga binaan ini mengikuti secara serius pelatihan selama tiga hari dan lulus selanjutnya mendapatkan sertifikat maka otomatis masyarakat akan menerima mereka sama seperti kita semua," ujar pria asal Sulsel ini.
Ia menjelaskan untuk kebutuhan jasa konstruksi di Indonesia mencapai tiga juta orang. Namun, sekarang baru terpenuhi sekitar 500 ribu orang yang memiliki sertifikat.
Sedangkan total tenaga kerja Indonesia, kata dia, sebanyak 8,1 juta terdiri tamatan SMA 5,9 juta orang, SMA keatas 2,1 juta orang.
Untuk tenaga kerja di bidang konstruksi, lanjutnya, dibagi menjadi dua jenis, yakni tenaga kerja terampil yang dihasilkan dari pelatihan dan tenaga kerja ahli yang berasal dari lulusan politeknik dan universitas.
"Warga binaan ini dilatih secara intensif tiga hari ke depan, kalau lulus dapat sertifikat. Materi yang dibawakan sesuai modul tim sekaligus praktik lapangan. Jadi, ini sudah sesuai dengan standar kompentensi tukang batu, tukang kayu, dan tukang las," ujarnya.
Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi Harun Sulianto menjelaskan bahwa Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang mengikuti program pelatihan ini adalah WBP yang sudah menjelang bebas.
"Minimal satu tahun sisa pidananya atau yang memasuki dua pertiga masa pidana," katanya.
Baca juga: Meski dipenjara, 910 narapidana akan menerima sertifikasi bidang konstruksi
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Sigit Pinardi
Copyright © ANTARA 2018