"Lahan di Mataram sangat terbatas, berbeda dengan ketersediaan lahan seperti di kabupaten lain misalnya Lombok Utara atau Lombok Timur yang rata-rata memiliki lahan luas sehingga bisa membangun sekolah darurat," kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Mataram Lalu Muhammad Sidik di Mataram, Senin.
Apalagi, lanjutnya, halaman SD di Kota Mataram hampir semua digunakan sebagai tempat pengungsian warga karena khawatir akan adanya gempa bumi susulan.
"Silakan dilihat, halaman sekolah-sekolah dasar kita dipasang tenda-tenda pengungsian warga, sehingga untuk pembangunan sekolah darurat belum memungkinkan," katanya lagi.
Menurutnya, berdasarkan laporan, gempa bumi yang melanda daerah ini mengakibatkan 42 unit sekolah tingkat SD dan SMP di Mataram mengalami rusak berat, sedang dan ringan.
Untuk rusak berat tercatat sebanyak 11 unit, dengan rincian 7 unit gedung SD dan 4 gedung SMP. Untuk sekolah yang mengalami rusak berat sudah dibantu tenda darurat sebagai tempat proses belajar-mengajar sementara jika siswa sudah mulai masuk.
Sementara, perbaikan sekolah rusak berat direncakan dilakukan pemerintah, sedangkan rusak sedang dan ringan akan ditangani melalui perubahan APBD 2018 Kota Mataram, karena anggarannya di bawah Rp200 juta.
"Data untuk perbaikan gedung sekolah dengan kategori rusak berat ini sudah divalidasi tim pemerintah. Semoga rehabilitasi segera dilakukan agar anak-anak bisa kembali belajar di ruang kelas seperti semula," ujarnya.
Menyinggung tentang masa ujian pertengahan semester yang seharusnya dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2018, sementara aktivitas sekolah hingga minggu keempat pascagempa bumi masih belum aktif, Sidik mengatakan,? kegiatan tersebut bisa dimundurkan.
"Mid tidak menjadi hal yang krusial, karena hal itu bisa dilaksanakan mundur untuk memenuhi target kurikulum terlebih dahulu," katanya.
Baca juga: Mataram dapat puluhan tenda darurat untuk sekolah
Baca juga: Presiden: sekolah roboh di Lombok segera dibangun
Pewarta: Nirkomala
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018