Zamboanga City (ANTARA News) - Lima belas marinir dan seorang pilot angkatan udara, Sabtu, tewas sedangkan tujuh lagi cedera dalam bentrok dengan kelompok garis keras di Filipina selatan, kata jurubicara angkatan bersenjata negara tersebut. Letkol Bartolome Bacarro mengemukakan pertempuran terjadi Sabtu pagi, ketika tentara menyerang perkemahan Abu Sayyaf di kota kecil Unkaya Pukan, provinsi Basilan, sekitar 900 kilometer arah selatan Manila. Bacarro mengemukakan dua marinir yang awalnya dilaporkan cedera, akhirnya meninggal saat dirawat di rumah sakit di Basilan. Sebanyak 13 marinir lagi meninggal di lokasi pertempuran. Satu helikopter serbu MG520 yang memberikan udara bagi pasukan darat, jatuh di laut setelah diduga tertembak senjata anggota Abu Sayyaf. Pilot helikopter meninggal sedangkan co-pilotnya sintas. Kepala staf angkatan udara Letjen Horacio Tolentino mengemukakan helikopter itu bukan jatuh akibat tembakan musuh namun karena getaran. "Pilot menempuh prosedur darurat setelah terjadi getaran, namun dia tidak berhasil ... mencapai markas marinir dan akhirnya jatuh di laut. Helikopter itu tidak tertembak (oleh musuh). Itu laporan yang disampaikan kepada saya," katanya. Bacarro mengemukakan bahwa gerilyawan kalah dan kehilangan sekitar 30 anggota, termasuk salah satu pemimpin Abu Sayyaf yang bertanggungjawab atas pemancungan dan pemotongan 10 marinir yang tewas dalam pertempuran pada bulan lalu. Tentara menembaki posisi gerilyawan dengan artileri berat serta bom dari pesawat pembom OV-10. Salah seorang komandan marinir yang meminta namanya tidak ditulis mengemukakan tentara yang tewas antara lain empat letnan lulusan Akademi Militer Filipina pada 2005 dan 2006. Ribuan tentara pemerintah melakukan operasi militer besar-besaran di Basilan untuk menuntut balas atas pembunuhan terhadap 14 marinir pada bulan lalu. Sepuluh dari mereka dipenggal dan dipotong di sekitar kota Tipo-tipo dalam pertempuran pada 10 Juli. Kelompok terbesar separatis Muslim, Front Pembebasan Islam Moro (MILF), mengakui membunuh 14 marinir itu dalam pertempuran namun mereka membantah memenggal atau memotong mayat mereka, demikian DPA.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007