Tolitoli (ANTARA News) - Bahasa daerah Tolitoli di Sulawesi Tengah (Sulteng) terancam punah karena tidak lagi digunakan oleh orang tua dalam bahasa sehari-hari di rumah.
Umumnya warga Tolitoli yang berusia di bawah 30 tahun hanya mengetahui sedikit bahasa lokal tersebut, kata Claudia Leto, MA, salah satu calon doktor dari Bochum University, Jerman, di Tolitoli, Jumat.
Claudia ke Tolitoli dalam rangka penelitian bahasa untuk disertasi doktornya di bidang linguistik.
"Bahasa Tolitoli termasuk salah satu bahasa di Indonesia yang terancam punah," kata Claudia.
Claudia yang tampak lancar berbahasa Indonesia tersebut mengaku sudah hampir sebulan di Tolitoli. Sebelum datang ke daerah produsen cengkeh ini, salah satu dosen pembimbingnya Nicolaus Hulman, sekitar 20 tahun lalu sudah ke Tolitoli dan melakukan survey bahasa daerah Tolitoli.
"Saat itu professor saya sudah survei bahasa Tolitoli, dia mengatakan bahasa Tolitoli ketika itu sudah terancam punah," katanya.
Bahasa Tolitoli, tambahnya, terdaftar di museum Belanda. Dia memperkirakan bahasa Tolitoli di museum Belanda tersebut sudah tercatat sekitar 100 tahun lalu.
Claudia mengatakan, dirinya meneliti tentang ponologi bahasa Tolitoli untuk disertasi doktornya di Bochum University, Jerman.
Dalam penelitian tersebut, dia tidak menganalisis mendalam bahasa Tolitoli. Dia hanya sedikit menggunakan analisi tata bahasa untuk kemudahan membuat transkripsi dan terjemahan dengan baik.
"Hasilnya tidak dalam sebuah buku tata bahasa. Tetapi dokumentasinya ada, sehingga bisa digunakan orang lain," katanya.
Dia hanya merekam bahasa sehari-hari lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggeris.
"Ini akan kami arsipkan secara digital dan akan disebarkan ke internet," katanya.
Dia berharap dokumentasi yang akan dibuatnya tersebut dapat bertahan paling sedikit 50 tahun mendatang. Dengan dokumentasi itu nantinya bahasa Tolitoli sudah dapat diakses di seluruh dunia terutama bagi mereka yang ingin melakukan penelitian terhadap bahasa tersebut.
Menurut Claudia, bahasa Tolitoli agak aneh karena ada kemiripan dengan bahasa Filipina. Beberapa struktur bahasanya sama. Inilah antara lain yang membuat Claudia tertarik meneliti bahasa daerah ini.
Tapi sayangnya, bahasa ini sudah terancam punah karena tidak ada pelestariannya. Di rumah, orang tua bersama anak-anaknya tidak lagi menggunakan bahasa daerah, sudah menggunakan bahasa Indonesia sehingga anak-anak sekarang hanya mengetahui beberapa kata saja dalam bahasa Tolitoli.
"Mereka mengetahui sedikit bahasa Tolitoli, tetapi mereka tidak bisa menggunakan bahasa Tolitoli dalam percakapan sehari-hari," kata Claudia menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007