Palembang (ANTARA News) - Asian Games XVIII 2018 di Jakarta dan Palembang memunculkan beberapa kisah dramatis terkait perjuangan atlet untuk meraih podium tertinggi. Sejak dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada 18 Agustus 2018, hingga hari ke-8, Sabtu, Antaranews.com merangkum beberapa kejadian dramatis yang terjadi di arena pertandingan.
Berikut tujuh kejadian paling dramatis versi Antaranews
Pertama, jatuhnya atlet paralayang asal Afganistan Lida Hozoori dari ketinggian 15 meter saat bertanding Puncak Mas, Bogor, Jawa Barat, Rabu (23/8). Lida gagal mendarat dengan mulus karena parasutnya kolap yang diduga karena adanya tiupan angin mendadak. Akibatnya, Lida mengalami patah kaki dan tulang rusuk sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit Gatot Subroto.
Kedua, kegagalan lifter andalan Indonesia Triyatno meraih medali gara-gara terjadi miskomunikasi antara atlet, pelatih dan asisten pelatih saat bertanding pada kelas 69 kg putra.
Triyatno yang tampil pada final Grup A akhirnya hanya menempati posisi keempat dengan total angkatan 329 kg (snatch 147 kg, clean and jerk 182 kg).
Miskomunikasi terjadi di momen angkatan clean and jerk. Seharusnya, Triyatno mengawali angkatan clean and jerk dengan bobot 180 Kg, tapi angkatan pertamanya justru menempatkan angka 175 Kg karena pelatih belum menambahkan beban.
Mengapa menjadi dramatis?, karena selisih total angkatan peraih medali perak asal Uzbekistan dan peraih medali perunggu asal Kirgizstan hanya 1 Kg saja dari Triono.
Pada akhirnya, Triyatno hanya bisa menempatkan 182 Kg pada angkatan kedua dan 186 kg pada angkatan ketiga. Menurut Triyatno, 186 Kg seharusnya ditempatkan pada angkatan kedua.
Ketiga, kegagalan Tim beregu putra bulutangkis Indonesia di final saat berhadapan dengan China. Anthony Ginting sebagai pemain tunggal pertama mengalami cedera saat berhadapan dengan Shi Yuqi. Pertandingan ini berlangsung dramatis karena Anthony harus berjuang mati-matian hingga kakinya harus diseret. Pada akhirnya ia harus berhenti di saat skor 20-21 pada game ketiga.
Keempat, kejadian didiskualifikasi dua tim yang berlaga di nomor estafet 4x100 meter gaya ganti putri cabang olahraga renang. Awalnya, Jepang menjadi peraih emas di nomor estafet 4x100, kemudian disusul China dan Korea Selatan yang meraih perak dan perunggu, namun akhirnya hasil itu dibatalkan juri.
Juri memutuskan membatalkan perolehan medali perak dan perunggu bagi China dan Korea Setalan karena mereka meloncat terlalu cepat saat pergantian perenang. Dengan keputusan akhir ini, tim estafet Hong Kong naik ke posisi kedua dan berhak atas medali perak dan tim Singapura meraih perunggu.
Kelima, kegagalan Timnas sepak bola putra Indonesia di babak 16 besar setelah dikalahkan Uni Emirat Arab lewat adu penalti 4-3 setelah bermain imbang 2-2 hingga menit tambahan. Drama terjadi saat akhir babak kedua ketika Indonesia masih tertinggal 1-2 saat injuri time. Sebuah gol dari Stefano Lilipaly di menit terakhir membuat kedudukan imbang 2-2 sehingga pertandingan harus dilanjutkan dengan tambahan waktu.
Keenam, kegagalan Timnas sepak bola putri melaju ke babak 8 besar lantaran kalah selisih satu gol dari Hongkong.
Putri Indonesia jika bisa menahan hanya kebobolan 11 gol dari Korea Selatan (Korsel) maka akan lolos ke fase beriktunya. Namun, pada pertandingan itu Indonesia dipukul 0-12, dan lebih dramatis lagi gol ke-12 Korsel tercipta di ujung babak.
Ketujuh, kegagalan dua kakak beradik Aero Sutan Aswar dan Aqsa Sutan Aswar meraih medali emas di cabang Jetski karena terjadinya kerusakan mesin pada boat. Aqsa yang sudah memimpin di tiga race harus mengubur impiannya meraih emas setelah jetski yang dipakainya tiba-tiba mati di tengah pertandingan nomor rounabout limited di Ancol, Jakarta. Aqsa harus puas hanya meraih medali perunggu, sementara kakaknya Aero meraih perak.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018