Sana`a (ANTARA News) - Biasanya, pesta nikah dirayakan besar-besaran, tapi ada istri di Arab Saudi justeru tak ragu merogoh koceknya untuk pesta cerai. Nyonya Badour Al-Mahmoud, ibu muda belum lama ini dicerai suaminya, seperti dilaporkan laman arabiya.net hari Selasa, mengadakan pesta cerai besar-besaran dengan biaya 100 ribu riyal (lebih dari Rp250 juta). Pesta itu merupakan kali kedua buat Badour setelah melakukan pesta serupa saat dicerai suami sebelumnya. Suami saat ini berkhianat dengan wanita lain. "Saya sendiri mengatur pesta ini dengan biaya lebih dari 100 ribu riyal. Saya juga minta undangan wanita mengenakan baju merah seperti warna kartu undangan," kata Badour. Baginya, pesta itu merupakan ungkapan rasa gembira atas derita berkepanjangan, yang dialaminya dengan suami keduanya, yang sudah beristri, karena sang suami dinilainya tidak adil memperlakukan mereka. Sebagian lain melakukan pesta cerai sederhana dengan hanya mengundang teman akrab. "Saya ingat teman saya mengundangku dalam acara pesta cerai sederhana. Untuk sekedar mengungkapkan rasa bahagia dicerai suami," kata Nyonya Riem Al-Shahri. Bagaimana dengan pendapat ahli syariat tentang pesta cerai tersebut? Ternyata, sebagian pakar syariat negeri kaya minyak itu masih beda pendapat tentang kelakuan sejumlah kaum ibu itu. Apabila pesta itu sebagai ungkapan bahagia setelah mengalami derita panjang, itu bisa dibenarkan, karena ibarat jalan keluar setelah derita panjang, kata Abdol Mohsen Al-Balihi, ahli fiqh. Tapi doktor Hassan Safar tidak sependapat dengan pendapat itu, dengan alasan bahwa talak disyariatkan sebagai jalan keluar bagi suami-istri dalam menghadapi permasalahan rumah tangga, yang tidak mungkin dipecahkan. "Jadi, tidak sampai melakukan pesta, tapi sebuah penyesalan, karena gagal membina rumah tangga. Tidak pernah ada pesta serupa pada awal-awal Islam. Itu gejala ikut-ikutan kebiasaan Barat," kata guru besar peradilan di Universitas King Abdul Aziz, Jeddah, itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007